Minggu, 09 Februari 2014

Benih Perjuangan Tuanku Imam Bonjol Buahkan Toleransi

OPINI | 10 November 2012 | 17:41 Dibaca: 2947   Komentar: 4   1

13525440421309117255
http://majalah.hidayatullah.com/wp-content/uploads/2010/06/imambonjol.jpg


Negara ini pernah dijajah. Dulu dijajah secara terang-terangan. Nyata keberadaan musuh ada di depan mata. Penjajah harus ditumpas dengan segala bentuk perjuangan dan pengorbanan. Hingga bersimbah darah dan hingga nyawa penghabisan.
Kemerdekaan yang bisa kita rasakan saat ini adalah sebagai bentuk hasil perjuangan yang telah dikorbankan oleh para pejuang dan pahlawan bangsa. Para pahlawan bangsa telah berusaha merebut kemerdekaan dari tangan penjajah mulai dari sabang hingga merauke. Begitu banyak pahlawan kita yang sudah menggoreskan tinta darah di bumi pertiwi ini. Salah satunya pahlawan dari daerah sumatera barat (ranah minang), Tuanku Imam Bonjol.
Tuanku Imam Bonjol dilahirkan di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat,  tahun 1772 dan wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa pada 6 November 1864. adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada tahun 1803-1838. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
Beliau berjuang mengusir para penjajah mati-matian. Beliau adalah pahlawan yang taat pada ajaran agama. Beliau juga pahlawan yang sangat menyayangi keluarganya namun perjuangan untuk meraih kemerdekaan untuk segenap bangsa ini jauh lebih utama.
Perjuangan beliau tentunya sangat ditentang oleh para penjajah yang ada saat itu. Bahkan ia harus dibuang dan diasingkan ke minahasa, manado. Hingga ia harus menghebuskan nyawanya disana.
Saat ini kita bisa hidup dengan bebas adalah hasil perjuangan dari para pahlawan. Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk selalu menghargai dan menghormati perjuangan para pahlawan bangsa. Perjuangan itu jangan sampai terkikis dari ingatan segenap bangsa indonesia.
Di bulan November kita akan memperingati momen penting. Tepatnya setiap tanggal 8 November diperingati sebagai hari pahlawan. Untuk itu dilakukan banyak cara untuk memperingati perjuangan para pahlawan. Salah satunya acara Tribute to Tuanku Imam Bonjol yang ditayangkan di tv nasional, TVRI.
Saya bangga sekali bisa ikut menyaksikan acara tersebut yang ditayangkan pada malam jumat kemaren. Apalagi acaranya juga diselingi dengan penampilan kesenian budaya dari Ranah Minang. Acaranya juga banyak memakai bahasa minang. Acara tersebut diselenggarakan oleh para perantau dari ranah minang dan dari minahasa yang ada di Jakarta.
Ternyata minahasa sebagai tempat dimana pahlawan tuanku imam bonjol wafat dan dimakamkan juga meninggalkan rasa bangga terhadap masyarakat minahasa. Mereka merasa memiliki dan menjadi bagian terhadap perjuangan dari tuanku imam bonjol. Lahir dan berjuang di minangkabau lalu wafat di minahasa. Kedua daerah tersebut sebagai saksi atas perjuangan tuanku imam bonjol.
Di acara tribute to imam bonjol yang disiarkan TVRI itu terlihat kekompakan yang terjalin antara masyarakat minangkabau dan masyarakat minahasa. Masyarkat minangkabau itu Islam sedangkan masyarkat minahasa itu Kristen tapi itu bukan dijadikan sebagai batu sandungan. Malah membuat kedua etnis menjadi seperti bersaudara.
Toleransi dan rasa persaudaraan yang terbangun dalam diri masyarakat minangkabau dan minahasa ada perlunya untuk dicermati untuk kondisi yang saat ini banyak terjadi di indonesia. Konflik dimana-mana. Terakhir terjadi konflik di lampung selatan. Konflik antara dua etnis.
Kenapa hal itu bisa terjadi? Padahal kita ini bersaudara. Satu nusa, satu bangsa, satu negera. Kita ini indonesia. Tidak ada alasan bagi kita untuk bermusuhan dan memendam rasa kebencian diantara sesama warga Negara indonesia.
Dulu para pejuang berjuang melawan para penjajah. Walau katanya saat ini kita telah merdeka tapi sejatinya kita tetap dijajah oleh berbagai hal dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satunya kita terjajah oleh yang namanya ideologis kesukuan. Disamping itu kita juga belum bisa menerima keragaman. Perbedaan agama bukan untuk dijadikan sebagai alasan untuk kita saling berperang. Percuma rasanya jika darah yang tercecer dan nafas yang terenggut di bumi pertiwi tanah air kita ini hanya gara-gara konflik kepentingan semata.
Kita harus berjuang melawan pembodohan yang dilakukan oleh kelompok yang tidak menginginkan persatuan dan kedamaian di Negara ini. Jika dulu para pahlawan melawan penjajah yang merenggut kebebasan maka sekarang ini kita berjuang bersama melawan perbedaan untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai dan bersatu sesuai dengan yang dicita-citakan oleh para pahlawan, Bhineka Tunggal Ika.
Virus rasa persaudaran yang terjalin antara masyarakat minangkabau dan masyarakat minahasa harus disebar luaskan pada seluruh masyarakat indonesia. Benih perjuangan yang ditebar oleh sang pahlawan tuanku imam bonjol telah membuahkan rasa toleransi, persaudaraan dan persatuan yang itu semua sangat dibutuhkan saat ini bagi bangsa indonesia.
Semua pahlawan kita mencita-citakan itu semua. Perjuangan mereka jangan kita nodai dengan konflik berkepanjangan yang terus terjadi. Hargai dan hormati perjuangan mereka dengan kita sama-sama saling melengkapi satu sama lain. Jika semua warga indonesia sadar akan perjuangan yang telah dikorbankan oleh para pejuang di masa lalu saya rasa pasti tidak akan terjadi konflik.
Oleh sebab itu kita juga perlu untuk kembali mereview perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan. Kita harus selalu menjadikan sejarah perjuangan pahlawan sebagai sumber inspirasi bagi kita semua untuk maju dan bangkit menjadi bangsa dan Negara yang bermartabat. Terkutuklah kita jika sempat melupakan kisah perjuangan para pahlawan. Karena segala bentuk kenikmatan yang kita rasakan saat ini tidak terlepas dari andil para pahlawan. Maka jangan sia-siakan pesan yang dicita-citakan para pahlawan untuk kita terus bersatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar