Minggu, 23 Februari 2014

Saksi adanya Pembantaian warga muslim Myanmar

Saksi adanya Pembantaian warga muslim MyanmarSaya lahir di negara bagian Arakan, Myanmar. Orangtua saya
juga lahir di sana. Nenek moyang saya juga. Ada banyak kelompok etnis di
Myanmar. Mereka semua non-Muslim. Mayoritas adalah Buddha, dan beberapa
dari mereka adalah Kristen. Namun mereka semua diakui sebagai warga
negara Myanmar.


Orang-orang Kristen ini juga menghadapi berbagai macam rasisme di
Myanmar seperti yang kalian semua ketahui, tetapi kurang dari Muslim
Rohingya di negara bagian Arakan (kebanyakan rasisme menimpa Muslim
Rohingya - red) . Karena mereka bukan orang-orang Buddha. Ada banyak
orang China di Myanmar yang bermigrasi dari China, saat ini mereka
adalah warga negara Myanmar. Ada banyak orang-orang Bangladesh etnis
Rakhine, terutama, di negara bagian Arakan yang telah mendapatkan
kebangsaan Myanmar. Ada banyak orang-orang Hindu yang bermigrasi dari
India dan Nepal. Mereka semua telah diberikan status kebangsaan karena
mereka bukan Muslim.

Ada bukti-bukti sejarah bahwa di sana ada orang-orang China dan Hindu
di Myanmar. Sekarang, darimana mereka datang dengan kewarganegaraan
Myanmar? Seperti yang saya katakan sebelumnya, ada ribuan orang
Bangladesh etnis Rakhine di negara bagian Arakan yang bermigrasi dari
Bangladesh yang sekarang dengan kewarganegaraan Myanmar. Berdasarkan
beberapa orang rasis, Rohingya adalah dari Bangladesh karena bahasa
mereka mirip dengan bahasa Bangladesh. Saya ingin bertanya kepada
orang-orang rasis itu, begini: 'Apa perbedaan bahasa Rakhine dan bahasa
Burma? Bukankah itu sama? bahasa Rakhine adalah bahasa yang 80
persen-nya mirip dengan bahasa Burma. Apakah ini berarti bahwa
orang-orang Rakhine adalah keturunan orang Burma atau orang Burma datang
dari Rakhine? Sejumlah orang-orang rasis mengatakan bahwa agama orang
Rohingya (Islam) dan kebudayaannya tidak seperti kita (warga Burma),
bagaimana bisa mereka diberikan kewarganegaraan? Ini adalah alasan yang
sangat logis. Seperti yang kita ketahui semua, ada umat Islam di setiap
negara di dunia dengan berbeda-beda bangsa dan budaya. Dan ada juga
non-Muslim di negara-negara Muslim. Contohnya saja, ada orang Buddha
Rakhine di Bangladesh dengan kebangsaan Bangladesh.

Apakah
agama dan budaya mereka sama? Dapatkan sebuah bahasa menjadi faktor
penilaian dalam apakah sebuah komunitas adalah sebuah warga di sebuah
negara atau bukan? Berdasarkan sejumlah orang-orang rasis, kaum Muslimin
di Arakan tidak bisa menjadi kebangsaan Myanmar hanya karena mereka
tidak dapat berbicara bahasa Burma. Orang salah jika berkata demikian,
karena kaum Muslimin yang berpendidikan di Arakan dapat berbicara bahasa
Burma dengan fasih. Lebih dari 90 persen orang Rakhine di Arakan tidak
dapat berbicara bahasa Burma dengan fasih, malahan mereka berbicara
dalam bahasa Rakhine. Di samping itu, sejumlah orang-orang Kachins,
Chins, Mons, dan Shans dan lain-lain tidak dapat berbahasa Burma.
Bukankah mereka warga negara Myanmar? Faktanya (faktor bahasa - red) ,
tidak dapat dijadikan faktor penilaian dalam menetapkan kebangsaan
orang-orang di Myanmar.

Sejauh yang saya perhatikan, banyak Muslim di Arakan tidak bisa
berbicara dalam bahasa Burma karena orang-orang itu sebagaian besar
terkunci (diblokir) di utara negara bagian Arakan dan tidak ada
kedekatan dan hubungan dekat antara orang Burma dan orang-orang tersebut
(Muslim Rohingya). Banyak dari mereka tidak dapat menemukan seorang
warga Burma untuk diajak biacara dalam bahasa Burma. Jadi, bagaimana
mereka dapat berbahasa Burma? Kita harus berpikir logis daripada dengan
dasar sewenang-wenang. Tetapi mereka (orang Muslim) yang memiliki
hubungan dekat dengan warga lokal Rakhine, dapat berbicara dalam bahasa
Rakhine dengan fasih. Hal yang lebih buruk adalah bahwa, bahkan banyak
siswa sekolah tinggi di Maung Daw dan Buthidaung tidak dapat berbicara
bahasa Burma dengan fasih karena mereka di sekolah mereka, diajari dalam
bahasa lokal berdialek Rakhine bahkan meskipun buku-bukunya berbahasa
Burma.

Lebih dari itu, di India, etnis Talim, Telugu dan lain-lain bahkan
tidak tahu bahasa resmi Hindi, apalagi berbicara dengannya. Bukankah
mereka warga negara India? Di China, bahasa resminya adalah Mandarin dan
ada jutaan orang yang tidak dapat berbicara dalam bahasa itu. Bunaknkah
mereka warga China? Di Tahailand, orang-orang yang tinggal di bagian
selatan tidak dapat berbicara bahasa Thailand dengan benar. Bukankah
mereka dianggap sebagai warga negara Thailand? Di Bangladesh, ada jutaan
orang yang tidak dapat berbicara bahasa Shudda Basha. Bukankah mereka
warga negara Bangladesh? Ini adalah beberapa contoh. Orang-orang yang
berpikiran terbuka, logis dan cinta-damai akan memahami ini.

Di sini, saya ingin bertanya kepada orang-orang yang mengkritik
Muslim Rohingya karena tidak dapat berbicara bahasa Burma secara fasih
bahwa 'bagaimana mereka dapat berbicara secara fasih dalam keadaan yang
mana mereka lahir di negara bagian Arakan, dan mereka diisolasi di
sebuah kandang seperti burung?.' Jadi, untuk memenuhi syarat sebagai
kelompok etnis, mereka tidak seharusnya selalu dapat berbicara bahasa
yang dominan di masyarakat mayoritas.

Jadi, saya pikir satu-satunya "kesalahan" saya adalah bahwa Saya Seorang Muslim!

Aung Min, Muslim Arakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar