Jumat, 21 Februari 2014

Emirat Sangat Kesal dengan Kegagalan Kudeta di Libya

 
Ali Zaidan dan Syekh Muhammad bin Zayed Ali Nahyan (alsafwanews.com)
Ali Zaidan dan Syekh Muhammad bin Zayed Ali Nahyan (alsafwanews.com)
dakwatuna.com – Tripoli. Sebuah sumber di pemerintah Libya menyebutkan bahwa Emirat sangat kesal dengan kegagalan kudeta militer yang dilakukan di Libya. Kudeta yang dimaksud adalah sebuah usaha kudeta yang dilakukan mantan panglima angkatan darat militer Libya, Khalifah Haftar, pada hari Kamis (13/2/2014). Haftar mengumumkan dalam sebuah rekaman video tentang road map berisi penggulingan pemerintah dan pembubaran dewan legislatif.
Pemimpin Emirat, Syekh Muhammad bin Zayed Ali Nahyan, kesal dan kecewa dengan kegagalan kudeta tersebut. Lantaran Emirat telah merencanakannya dalam waktu yang lama, dan membiayainya dengan dana Emirat yang cukup besar.
Kudeta yang gagal di Libya direncanakan untuk mengulangi kudeta militer yang berhasil dilakukan di Mesir, 3 Juli 2013 yang silam. Pemilihan waktunya pun ditepatkan dengan hari peringatan Revolusi Libya. Kudeta itu akan dipersepsikan sebagai sebuah usaha meluruskan kembali tujuan-tujuan revolusi, sama dengan demonstrasi yang dilakukan pada tanggal 30 Juni di Mesir yang berbuntut kudeta militer.
Dana yang cukup besar diberikan Emirat kepada Haftar untuk dibayarkan kepada para pimpinan dan personil militer yang diharapkan akan membantu keberhasilan kudeta tersebut. Tidak hanya kalangan militer yang dilibatkan, ada juga kalangan politikus seperti Mahmud Jibril yang kini berusaha mendapatkan suaka politik di luar Libya. (msa/dakwatuna/ alsafwanews)

 

Kenapa Emirat Sokong Kudeta di Libya?

 
Khalifa Haftar saat mengumumkan kudetanya (elbilad)
Khalifa Haftar saat mengumumkan kudetanya (elbilad)
dakwatuna.com – Tripoli. Pada tanggal 13 Februari yang lalu, mantan panglima angkatan darat militer Libya, Khalifa Haftar, mengumumkan dalam sebuah rekaman video tentang road map berisi penggulingan pemerintah dan pembubaran dewan legislatif kemarin.
Namun sehari berikutnya, perdana menteri Ali Zaidan mengumumkan bahwa kondisi Libya bisa dikendalikan, dan pimpinan menyatakan bahwa seluruh anggotanya dalam kondisi loyal dan solid. Pengumuman dan pernyataan itu menunjukkan bahwa percobaan kudeta itu bisa dikatakan gagal.
Perkembangan berikutnya, organisasi revolusi Libya menyatakan bahwa Saudi dan Emiratlah yang mendukung dan mendalangi kudeta tersebut. Dr. Shalah Jumairy, menulis sebuah artikel di elmarsad.org, Kamis (20/2/2014) hari ini berjudul “Apa yang diingnkan Emirat dengan mendukung kudeta gagal di Libya?”
Setelah Revolusi Musim Semi Arab, negara-negara diktator di Arab memikirkan dua hal; bagaimana menggagalkan agenda Revolusi Musim Semi Arab, atau kalau tidak, bagaimana meloloskan pemimpin baru yang benar-benar bisa bekerja sama dengan mereka.
Emirat banyak berkorban secara politis, ekonomi, dan lainnya, demi menghabisi mimpi buruk “Islam politik”. Ketika Emirat mendukung anti-revolusi di Mesir, tujuannya sudah jelas, karena jika revolusi berhasil maka Ikhwan akan semakin kuat, dan membahayakan kelanggengan kekuasaan mereka di Teluk. Namun pertanyaannya, apakah di Libya ada Ikhwanul Muslim yang kuat dan perlu ditakuti setelah berpuluh-puluh tahun Muammar Qaddafi berkuasa?
Memang sebenarnya menjatuhkan Libya tidak memerlukan kudeta, karena kondisi Libya sudah sangat kacau. Tapi kekacauan ini tidak akan berlangsung lama. Ketika mereka berhasil menjatuhkan diktator yang bersedia menghabisi setengah rakyatnya demi kelanggengan kekuasaannya, ini adalah sebuah keberhasilan yang sangat besar. Mereka akan bisa cepat membuat perbaikan.
Di Libya saat ini terdapat sekitar 30 brigade yang turut dalam peperangan melawan militer pemerintah. Jumlah ini sangat besar, tidak mudah ditaklukkan.
Sedangkan komposisi keagamaan di Libya, ada Ikhwanul Muslimin, Salafi Jami, dan Jihadi. Karakter rakyat Libya sangat sederhana, tidak begitu membedakan antar gerakan tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa arah perbaikan yang mereka lakukan adalah arah perjuangan Ikhwanul Muslimin.
Ikhwanul Muslimin sudah ada di Libya sejak tahun 1968. Tapi perkembangannya mandeg karena diktatorisme dan kriminalisasi yang dilakukan Qaddafi. Aktivitas mereka bisa dikatakan berhenti hingga lima tahun sebelum jatuhnya Qaddafi. Sekarang, aktivitas mereka sangat kencang. Mereka memperbaiki struktur jaringan, membentuk partai politik, membangun koalisi-koalisi di legislatif. Saat ini Ikhwanul Muslimin menjadi kekuatan kedua dalam dewan legislatif, sehingga mereka sangat berpengaruh. (msa/dakwatuna/elmarsad)



Libya Tarik Dubes dan Cabut Bantuannya dari Mesir

 
Ahmad Qadzaf Dam (twsela)
Ahmad Qadzaf Dam (twsela)
dakwatuna.com – Tripoli. Ada perkembangan baru dalam hubungan Mesir-Libya setelah pengadilan pidana Kairo menjatuhkan vonis bebas kepada Ahmad Qadzaf Dam dari tuduhan membunuh seorang perwira polisi, melawan pemerintah, dan memiliki senjata tanpa ijin. Qadzaf adalah sepupu Muammar Qadzafi dan penanggung jawab hubungan Mesir-Libya yang lalu.
Akibat vonis tersebut, Libya berencana menarik dana simpanan sebesar US$ 2 Milyar dari Bank Sentral Mesir. Dana itu disimpan dengan bunga kecil pada musim panas yang lalu. Keberadaan dana tersebut sangat membantu menopang ekonomi Mesir yang sedang gontai. Oleh karena itu penarikannya dimungkinkan akan sangat berpengaruh pada ekonomi Mesir mendatang.
Rupanya tidak hanya penarikan dana, pemerintah Libya juga berencana membekukan hubungan diplomatik kedua negara. Dubes Mesir diberi waktu 48 jam untuk segela meninggalkan Tripoli. Perkembangan buruk ini sedikit-banyak membuat warga Mesir yang berada di Libya turut ketar-ketir. Terdapat ribuan rakyat Mesir yang merantau ke Libya untuk mencari mata pencarian menyusul semakin tingginya angka pengangguran di Mesir.
Gejala memburuknya hubungan Tripoli-Kairo mulai nampak ketika Kairo mendeportasi dan menyerahkan beberapa pejabat Libya masa rejim Qadzafi yang melarikan diri ke Mesir pasca revolusi di Libya. Namun di antara para pejabat itu tidak terdapat Ahmad Qadzaf Dam, sepupu Qadzafi. Sebenarnya Tripoli meminta puluhan mantan pejabat Libya, namun Mesir hanya menyerahkan dua orang saja pada tanggal 26 Maret yang lalu. (msa/dakwatuna/twsela)

Redaktur: Moh Sofwan Abbas


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/12/12/43347/libya-tarik-dubes-dan-cabut-bantuannya-dari-mesir/#ixzz2u1O01HAF
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Redaktur: Moh Sofwan Abbas Topik:
Keyword: , , , ,


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/02/21/46597/emirat-sangat-kesal-dengan-kegagalan-kudeta-di-libya/#ixzz2u1NOYnuG
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar