Minggu, 23 Februari 2014

Inilah Dalang Pembantaian Muslim di Myanmar

Written By Kepripolitik on Rabu, 29 Mei 2013 | 03.56

Biksu Biksu Wirathu – Dalang di balik pembantaian muslim di Myanmar (foto ist.)
Myanmar, www.kepripolitik.com - Seorang biksu nasionalis bernama Wirathu bersama dengan kawanan biksu dari Mandalay menjadi dalang provokasi dalam pembunuhan muslim di daerah meikhtila, Myanmar.

Wirathu yang dibebaskan tahun lalu usai mendekam sembilan tahun di penjara, ia bebas karena amnesti yang diberikan untuk ratusan tahanan politik, usai reformasi pascamiliter berkuasa. Dia ditahan karena membantu menghasut kerusuhan anti-Muslim pada 2003.

Tokoh karismatik umat budha dengan senyum muda itu menjadi kepala biara di Biara Masoeyein Mandalay, komplek tempat dia memimpin 60 biksu dan menjadi tokoh dari 2.500 warga disana.

Dari kekuatan itu, dia memimpin satu pergerakan yang dinamakan 969. Gerakan ini mendorong Umat Buddha untuk menghindari bisnis dan komunitas Muslim.

Tiga angka itu berasal dari beberapa simbol yang bersumber dari ajaran Buddha. Dia mengajarkan kebiksuan. Pada praktiknya, nomor itu menjadi citra dari bentuk radikal nasionalis anti-Muslim. Mereka ingin membuat Myanmar bertransformasi menjadi mirip dengan negara apartheid.

"Kami punya slogan: Saat makan, makan 969; saat pergi, pergi 969; saat membeli, beli 969," ujar Wirathu saat diwawancara di biaranya, di Mandalay.
 
Menjadi pemimpin biksu ekstremis, Wirathu pun mengaku sebagai Bin Ladennya  Birma. Dia mengaku memberi pidato 969 sekitar empat bulan lalu. Tugasnya, ujar Wirathu, adalah untuk menyebarkan misi tersebut dan berhasil. Stiker 969 Wirathu berkembang dan diikuti dengan kekerasan.

Perusuh mencoretkan angka 969 ketika menghancurkan pusat bisnis Muslim di Meikhtiila. Pergerakan anti-Muslim di daerah Bago, dekat di Yangon, meletus seusai seorang biksu berkhotbah soal pergerakan 969. Stiker dengan angka 969 tampak di tiang jalan, motor, poster, mobil dan di seluruh jantung kota.

Biksu Wirathu mengakui menyebarkan paham 969 untuk memperingatkan bahwa Muslim menipiskan identitas negara Buddhis itu. Pesan ini selalu diulang-ulang dalam pidato baik lewat media sosial ataupun melalui telepon yang membangkitkan kemarahan umat Budha kepada Umat Islam.

"Dengan uang, mereka menjadi kaya dan menikahi wanita Budha Burma yang masuk Islam, menyebarkan agama mereka. Bisnis mereka menjadi lebih besar dan mereka membeli lebih banyak lahan dan rumah, dan itu berarti lebih sedikit kuil Buddha," Ujar Wirathu seperti dikutip Reuters.

"Dan ketika mereka menjadi kaya, mereka membangun masjid yang tidak seperti pagoda dan biara-biara, tidak transparan," tambahnya. 

"Mereka seperti stasiun basis musuh bagi kita. Masjid lebih berarti markas musuh lebih banyak, jadi itu sebabnya kita harus mencegah hal ini." Ungkapnya

Wirathu takut Myanmar akan mengikuti jalan Indonesia setelah Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13. Pada akhir abad ke-16, Islam telah menggantikan Hindu dan Buddha sebagai agama dominan di pulau-pulau utama Indonesia. (indra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar