Yangoon (voa-islam.com) Rezim Budha di Myanmar menutup mata terhadap kejahatan yang sangat keji dan biadab yang dilakukan oleh para pengikut Budha yang melakukan sangat keji dan terkutuk terhadap Muslim di Myanmar.
Sekarang bukan hanya membantai Muslim di negeri itu, tetapi menghancurkan selluruh bangunan masjid, mushola, dan sekolah milim Muslims Myanmar. Tindakan terkutuk itu terus berlanjut, dan berbagai himbauan dunia internasional, dianggap angin lalu. Tidak dihiraukan sama sekali.  Bahkan, kekejaman dan penghancuran terus berlangsung.
Sementara itu, Pemerintah Myanmar melihat peristiwa demi peristiwa penghancuran, dan pembunuhan secara keji itu, hanya menutup mata, dan bahkan pemerintah Myanmar memfasilitasinya.
Tindak kejahatan yang sangat terkutuk dan bidadab itu, yang dilakukan oleh pengikut  Buddha terhadap Muslim, sekarang berlangsung dipinggiran ibukota, Naypyitaw, berlangsung pada akhir pekan. Tindakan pemerintah Myanmar sudah sangat terlambat, saat penghancuran sudah usai baru mengirimkan pasukan.
Empat rumah dan sebuah masjid di kota Tatkon di utara Naypyitaw dibakar pada Minggu malam, ungkap seorang pegawai negeri sipil di ibukota kepada Reuters, Senin.
Angka resmi mengatakan 310 orang tewas dan 120.000 orang kehilangan tempat tinggal, sebagian besar dari mereka adalah Muslim Rohingya.
Kerusuhan terbaru dimulai Rabu lalu di Meikhtila, 130 km (80 mil) utara ibukota Maynmar, yang dipicu oleh cekcok antara beberapa orang Buddha dengan  Muslim  menjadi  toko emas, dan kemudian berubah menjadi kerusuhan di mana 32 orang tewas, ungkap Reuter.
Polisi dan tentara membiarkan pembumi-hangusan terhadap seluruh harta milik Muslim, dan bahkan penghcuran terhadap masjid dan mushola di daerah itu. Polisi dan tentara menurut media lokal hanya sedikit usaha untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan para penjahat Buddha, termasuk para biksu, yang  bersenjatakan pedang dan pisau, dan nampak sangat agressif dan berada di jalan-jalan terlibat pembunuhan dan pembantaian terhadpa Muslim.
Dalam satu insiden Sabtu malam, para penyerang membakar lebih dari 40 rumah, 38 milik umat Islam, di desa Ywadan di Yamaethin kota, kata Soe Lwin, seorang pejabat setempat. Desa ini 66 km (41 mil) selatan Meikhtila. Kemudian mereka melanjutkan dengan melakukan pembakaran terhadap masjid-masjid dan mushola di wilayah itu.
“Pada sekitar pukul 8 malam, sekitar 100 orang muncul berteriak ‘Mari kita membakarnya, mari kita membakarnya,” selanjutnya, mereka  mulai menghancurkan rumah kami dulu, “kata seorang berusia  35 tahun pemilik toko di Ywadan, yang menolak disebutkan namanya.
“Mereka tidak terlihat seperti mereka adalah orang luar. Saya pikir itu adalah orang-orang dari daerah ini,” katanya, berbicara melalui pagar sekolah di mana umat Islam mengungsi. “Saya bisa merasakan cara mereka memandang kami telah berubah sejak Meikhtila terjadi.”
Ketegangan yang tinggi dan sewaktu-waktu akan meledak dan akan terjadi bumi hangus terhadap Muslim di bagian-bagian tertentu dari Yangon, bekas ibukota dan kota terbesar Myanmar. Polisi ditempatkan di luar masjid pada hari Minggu malam, menyusul pembakara masjid oleh para  pengikut Budha yang dimotori oleh para biksu mereka. Sungguh sangat biadab.

Okezone



 



Sisa-sisa kerusuhan di Myanmar Maret lalu di Meikhtila (Foto: AFP) Sisa-sisa kerusuhan di Myanmar Maret lalu di Meikhtila (Foto: AFP)


Hanya Karena Parkir, Perempuan Muslim Myanmar Tewas






Kerusuhan Myanmar masih terus terjadi (Foto: Reuters) Kerusuhan Myanmar masih terus terjadi (Foto: Reuters) ARAKAN - Kerusuhan agama kembali terjadi di Myanmar. Kali ini kerusuhan dipicu oleh masalah sepele dan menyebabkan perempuan berusia 94 tahun tewas.

Insiden diawali ketika seorang supir taksi yang berasal dari etnis Rakhine memarkir mobilnya di depan sebuah toko milik seorang warga Muslim Myanmar di Thandwe, Arakan. Taksi tersebut ternyata memblokir pintu bongkar muat toko tersebut.

Tidak lama kemudian, perdebatan terjadi antara pemilik toko dengan supir taksi tersebut. Si supir taksi merasa dirinya telah dihina oleh pemilik toko. Demikian diberitakan Time, Selasa (1/10/2013).

Pemilik toko yang berasal dari etnis Kaman kemudian ditahan oleh polisi. Namun kemudian dibebaskan setelah menandatangani dokumen agar tidak bersikap kasar.

Tetapi sekira 200 warga Myanmar seperti tidak bisa menerima tindakan dari pihak kepolisian. Mereka mulai melempari batu dan membakar perumahan milik warga Muslim Myanmar.

Aksi brutal warga tidak berhenti pada tindakan pembakaran, seorang perempuan yang berusia 94 tahun meregang nyawanya karena ditikam oleh pelaku tidak dikenal. Selain itu, warga terus mengamuk dengan menyulut api hingga lebih dari 70 rumah milik warga Muslim Myanmar.

Warga Muslim lain terpaksa keluar dari rumah mereka untuk menyelamatkan diri. Beberapa dari mereka juga menderita luka-luka. (faj)

  
407722372596226_1243512967_n
524085_407722372596226_1243512967_n





































INILAH.COM, Jakarta – Sebuah tayangan video sadisme etnik di Myanmar memperlihatkan bagaimana etnis minoritas Muslim di negeri itu diburu dan dibunuh oleh warga Buddha.
Daily Mail memberitakan, sebuah tayangan video itu menampilkan adegan kekerasan terhadap warga Muslim, bulan lalu, yang menewaskan 43 orang Muslim. Rekaman video tersebut juga beredar di situs YouTube dan juga ditampilkan oleh media ternama, BBC dan Guardian.
Tidak dijelaskan alasan penyerangan tersebut, yang pasti video tersebut menanyangkan bagaimana warga merusak sebuah rumah, kendaraan, dan membakar hidup-hidup warga Muslim. Sadisme itu dibiarkan begitu saja oleh biksu Buddha dan polisi yang membiarkan mereka bertindak sadis di hadapan mereka.
Pada salah satu tayangan, terlihat seorang Muslim diburu oleh sekelompok massa yang menamakan dirinya '969 squad'. Ia melarikan diri dan bersembunyi di semak-semak. Sial, Muslim tersebut ketahuan dan langsung dipukuli beramai-ramai menggunakan tongkat. Salah seorang penyerang bahkan membacokkan parang kepadanya hingga tewas. Adegan tersebut sangat sadis sehingga Daily Mail mensensornya.
Adegan kekerasan tersebut juga dibuat oleh polisi yang menyaksikan adegan tersebut di kota Meiktila. Salah satu adegan lainnya tak kalah sadis. Sebuah sepeda motor dibakar dan pengendaranya yang juga seorang muslim dibakar hidup-hidup. Terlihat ia menggelepar-gelepar disaksikan banyak orang. Polisi juga menyaksikannya dengan tenang.
Seseorang terdengar berteriak meminta air. Namun terdengar suara lainnya menolaknya. “Jangan di kasih air. Biarkan dia mati,”
Aksi tersebut mendapat kecaman keras dari Uni Eropa dan penggiat Hak Asasi Manusia (HAM) Human Rights Watch mengeluarkan laporan mengenai keterlibatan pihak berwenang di Myanmar dan warga Arakan dalam tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam upaya memusnahkan etnis Muslim di negeri itu. [tjs]


Beginilah Pembantaian Muslim di Meikhtila Kesaksian Reuters

 


Seorang Pendeta Buddha mencengkeram tangan gadis muslim dan menaruh pisau di lehernya.

"Kalau anda mengikuti kami, saya bunuh dia," kata pendeta tersebut mengancam polisi.

Berdasarkan keterangan saksi mata, massa dari pihak Buddha dipersenjatai dengan pedang dan parang mengejar 100 muslim di kota di Myanmar tengah.

Kamis (21/3) itu, hanya dalam beberapa jam, terdapat 25 muslim dibunuh. Pendeta Buddha menyeret tubuh mereka yang penuh darah di sebuah bukit di tetangga, disebut Mingalarzay Yone. Mereka menyusun mayat-mayat itu di api. Beberapa tampak sudah disembelih.

Juru kamera Reuters melihat mayat tersebut termasuk jenazah dua anak, berusia sekitar sepuluh tahun atau lebih muda. Pembantaian itu diamini oleh coretan-coretan cat di sekitar Meikhtila. Bahkan, terdapat satu grafiti di tembok bertajuk 'Pemusnahan Muslim'.

Kebencian etnis sudah timbul di Myanmar sejak 49 tahun militer berkuasa yang berakhir pada Maret 2011. Kebencian itu pun menyebar, mengancam negara ketika transisi demokrasi tengah berjalan. Gejala tersebut sudah tampak pada adanya pembersihan etnik dan ketidakberdayaan untuk menanganinya.

Dalam empat hari, setidaknya 43 orang tewas di Meikhtila. Terletak 80 mil di utara ibu kota provinsi, Naypytaw. Sedikitnya 13 ribu warga muslim mengungsi dari rumah dan usaha mereka.

Pertempuran berdarah diikuti oleh massa Buddha. Kerusuhan meluas. Terdapat 14 desa lain di Myanmar tengah dan membuat minoritas muslim berada dalam batas penyeberangan negara di asia dengan etnik yang paling berbeda.




Sebuah eksaminasi dari kerusuhan tersebut berdasarkan wawancara dengan 30 saksi mata, menyebabkan pembantaian 25 muslim di Meikhtila dipimpin oleh pendeta Buddha. [Sumber: Republika, Reuters]