Senin, 10 Maret 2014

Inilah Muslim Terakhir Kota Mbaiki yang Akhirnya Disembelih Milisi Kristen Afrika Tengah

Saleh Dido (Rassd)

Pria muslim ini bukan warga biasa. Saleh Dido adalah wakil wali kota Mbaiki, Afrika Tengah. Ia juga menjadi muslim terakhir yang hidup di kota itu, setelah banyak muslim dibantai oleh milisi Kristen dan muslim lainnya mengungsi untuk menyelamatkan diri.

Dikutip Dakwatuna dari Rassd, tiga pekan lalu presiden Afrika Tengah Catherine Samba-Panza dan menteri pertahanan Perancis Jean-Yves Odrian mengunjungi Dido. Saat itu walikota Mbaiki menegaskan dan berjanji akan memberikan perlindungan kepada Dido.

“Kami akan berusaha melindungi Saleh Dido, karena dia saudara kami,” kata Wali kota Mbaiki Raymond Mongbanda.

Saleh Dido bersikeras tetap tinggal di Mbaiki, karena pemerintah Afrika Tengah dan Perancis berusaha untuk menjadikan kota ini sebagai percontohan dalam kerukunan dan rekonsiliasi antar umat beragama. Sebelumnya, dalam rentang waktu 4 hingga 12 Februari, ribuan warga Muslim telah pergi meninggalkan kota untuk mengungsi di tempat lain.

“Aku dilahirkan di sini. Aku lahirkan anak-anakku di sini. Aku adalah anggota dalam pemerintah kota, dan nasionalis. Mengapa aku harus mengungsi?” kata Dido saat diajak kerabatnya untuk turut mengungsi.

Rupanya, muslim terakhir di kota Mbaiki ini telah diincar. Menurut investigasi Amnesti Internasional, orang-orang tak dikenal datang ke tempat tinggal Dido. Ia sempat melarikan diri untuk mencari perlindungan ke sebuah kantor polisi. Namun di tengah jalan, sekelompok milisi Kristen menghadang dan menyembelihnya. [Rassd/Dakwatuna/BersamaDakwah]
 
 
 
 
 
 
 
 

Ulama Afrika Tengah: Kalau Tidak Dilucuti Perancis, Kami Bisa Lawan Milisi Kristen


Anggota milisi Anti-Balaka (channelnewsasia.com)
Anggota milisi Anti-Balaka (channelnewsasia.com)
dakwatuna.com – Bangui. Persatuan Ulama Muslim Se-Dunia (IUMS) menerima kunjungan seorang ulama Afrika Tengah, Muhammad Said Ismail, untuk menjelaskan kondisi sebenarnya yang dialami umat Islam Afrika Tengah. Seperti diberitakan situs alukah, edisi Ahad (9/3/2014) kemarin.
Dalam kunjungan tersebut, Ismail mengatakan, “Kami sebenarnya mampu membela diri, melawan milisi-milisi Kristen. Tetapi pasukan Perancis yang seharusnya berkewajiban menjaga perdamaian melucuti kami, dan membiarkan milisi Kristen bersenjata, sehingga kami menjadi mangsa yang mudah bagi mereka.”
Ismail menyebutkan adanya konspirasi Perancis yang bertujuan membantai umat Islam. Perancis mengirimkan dua ribu pasukannya di Afrika Tengah. Pengiriman ini diijinkan PBB untuk menjaga perdamaian, tapi kenyataannya pasukan Perancis membiarkan terjadinya aksi-aksi pembantaian terhadap umat Islam. Termasuk juga di ibukota, Bangui.
Menurut beliau, dalam banyak kesempatan, bahkan aksi-aksi pembantaian terjadi di depan mata pasukan Perancis. (msa/dakwatuna/alukah)


Diposkan oleh Admin BeDa pada Kamis, 06 Maret 2014 | 14.59 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar