Sabtu, 01 Maret 2014

How to Act: Belajar dari Pemuda Islam Jadul

 

Pemuda islam sejatinya adalah pemuda yang tangguh. Pemuda yang tidak mudah terbawa arus karena pemuda islam memiliki kepribadian yang khas. Kepribadian yang dibentuk dari pola pikir dan pola sikap yang islami. Hatinya dipenuhi motivasi ketaatan, akalnya dihiasi ilmu yang bermanfaat, dan tingkah lakunya berlandaskan ketaqwaan.

Pemuda islam zaman sekarang memang tidak dapat dikatakan sudah sesuai dengan gambaran pemuda islam seharusnya. Hal itu dikarenakan kita bagai kehilangan jati dirinya. Islam hanya dianggap sebagai agama ritual yaitu sholat, puasa, baca quran, bukan sebagai poros hidup. Gempuran budaya asing berhasil mengubah kiblat mereka. Anak sekolah gegap gempita 'ngefans' dengan artis favoritnya. Mahasiswa sibuk kuliah lalu setelah penat marathon nonton film. Sungguh bukan seperti itu yang diharapkan ada di diri pemuda islam.

Karena pemuda adalah harapan dan islam adalah solusi, maka dapat kita katakan kebangkitan ada di tangan pemuda islam. Orang-orang yang pertama kali memeluk islam dan memperjuangkannya bersama Nabi SAW mayoritas adalah pemuda. Bahkan beberapa dari mereka dapat dikategorikan masih kanak-kanak tapi sudah memiliki semangat juang yang luar biasa. Ketika memeluk islam, Ali Bin Abi Thalib, Zaubair bin Al-Awwam, Thalhah bin 'Ubaidillah, Arqam bin Abi al-arqam usianya masih dibawah 12 tahun. Sementara Sa'id bin Zaid, Sa'ad Bin Abi Waqash, Jafar bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Utsman bin Affan, usianya sekitar 20 tahun.

Salah satu sahabat yang menjadi muslim diawal islam turun, Mush'ab Bin Umair RA, diutus oleh nabi ke Madinah pada usia 24 tahun. Mush'ab bagaikan bintang muda di Mekkah pada saat itu. Justin Bieber, One Direction, Kyu Hyun tidak ada apa-apanya. Ia tampan, harum, amat kaya dan cerdas. Bacaan Qur'annya sangat indah sehingga ia dijuluki Qori atau pelantun Al-quran. Kekayaannya yang amat melimpah ia tinggalkan begitu saja saat Rasul memerintahkannya berdakwah di Madinah. Dengan kesungguhannya, mayoritas penduduk Madinah menjadi muslim dan Madinah siap untuk menjadi daulah islam dalam kurun waktu  dua tahun.

Adapun para pemuda terdahulu, kecintaan terhadap ilmunya begitu tinggi. Melainkan berkata "Aduh, ga sabar nunggu drama korea episode selanjutnya", Imam Hanbali kecil yang belum baligh berkata “Terkadang aku ingin segera pergi pagi-pagi sekali mengambil (periwayatan) hadits, tetapi Ibu segera mengambil pakaianku dan berkata, ‘Bersabarlah dulu. Tunggu sampai adzan berkumandang atau setelah orang-orang selesai shalat subuh.’”Imam Hambali menysun kitab Al-Musnad dalam kurun waktu 60 tahun yang dimulai sejak mulai mengumpulkan hadits yaitu saat berusia sekitar 16 tahun.

Ilmuwan-ilmuwan muslim yang amat terkenal dan sering disebut hingga kini, selain paham sains, mereka juga Faqih fiddin alias paham urusan agama. Sebagai contoh, Ibnu Sina yang merupakan bapak di bidang ilmu kedokteran usia 10 hapal Al-quran di usia 10 tahun dan pada usia 18 tahun sudah menguasai semua bidang ilmu pada saat itu. Peraturan islam yang diterapkan dan motivasi ketaatan pribadi membuat seorang pemuda islam menjadi produktif. Ilmu dengan semangat dipelajari untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Selain itu khilafah benar-benar mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Upah guru besar, sekolah gratis, dan buku yang ditulis oleh ilmuwan ditukar dengan emas.

Sungguh kebangkitan itu tak pernah lepas dari pemuda. Untuk itu sudah saatnya pemuda bangkit dan membawa perubahan. Allahu Akbar!
24 Februari 2014 pukul 11:47

Tidak ada komentar:

Posting Komentar