Senin, 12 Mei 2014

Warga Indonesia yang diduga terlibat dengan JI dan Al-Qaeda lenyap

Agus Dwikarna adalah anggota Jemaah Islamiyah (JI) yang, menurut PBB, memandu Ayman al-Zawahiri dari Al-Qaeda dalam perjalanan ke Aceh.

Oleh Aditya Surya untuk Khabar Southeast Asia di Makassar, Sulawesi Selatan

April 24, 2014
Kembali ke Format Awal Lebih kecil Lebih besar
Di mana Agus Dwikarna?
  • Juru Bicara Polda Sulawesi Tengah Soemarmo bertemu dengan wartawan pada tanggal 23 Maret. [M. Taufan S.P. Bustan/Khabar] Juru Bicara Polda Sulawesi Tengah Soemarmo bertemu dengan wartawan pada tanggal 23 Maret. [M. Taufan S.P. Bustan/Khabar]
Teroris asal Sulawesi yang diduga terlibat dengan Al-Qaeda ini menghilang beberapa hari setelah pulang dari Filipina, di mana ia dipenjara sejak tahun 2002 atas tuduhan kepemilikan bahan peledak ilegal.
Ia kembali pada awal Januari dan tinggal beberapa hari di rumahnya di Makassar, namun keberadaannya sejak saat itu tidak diketahui, menurut para petugas di Indonesia. Polisi belum menambahkan nama Agus kedalam Daftar Pencarian Orang (DPO), tetapi mengatakan mereka akan tetap waspada terhadap ancaman yang mungkin ditimbulkannya.
“Agus Dwikarna mungkin telah mengancam anggota Polri tidak hanya di Sulawesi Tengah, tetapi juga di seluruh Indonesia - terutama ketika ia menghilang setelah dibebaskan,” menurut Juru Bicara Polda Sulawesi Tengah Soemarmo kepada Khabar Southeast Asia, sambil menyebutkan bahwa warga Sulawesi terkejut mendengar Agus telah kembali pulang dan menghilang.
Rentetan tuduhan
Agus sedang menjalani hukuman 17 tahun ketika Filipina mendeportasinya ke Indonesia. Ia tiba di Makassar pada tanggal 1 Januari, menurut Tribunnews.
Sebuah pengadilan Filipina memvonis Agus 12 tahun yang lalu karena mencoba naik penerbangan ke Bangkok dari Manila dengan bahan peledak plastik C-4 dan suku cadang bom.
Meskipun Agus membantah dakwaan, ia memiliki sejarah panjang keterlibatan dalam kegiatan terkait teroris, menurut PBB. Pada bulan September 2003, Komite Dewan Keamanan PBB memasukkan namanya di antara orang-orang yang diduga terkait dengan jaringan al- Qaeda dan yang memiliki hubungan langsung dengan sebagian besar pemimpin senior kelompok teror itu.
“Agus adalah seorang anggota Jemaah Islamiyah (JI) dan penghubung bagi al-Qaeda di Indonesia,” menurut profil online dirinya yang dibuat komite.
Sampai ditangkap pada tahun 2002 di Manila, Agus merupakan ”tokoh utama” Laskar Jundullah di Makassar, sayap militer Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), menurut PBB. Dia juga bekerja sebagai kepala daerah Yayasan Al-Haramain Islam cabang Indonesia, yang menyalurkan uang al- Qaeda ke Asia Tenggara dan memberi kedok pada para anggotanya sebagai pekerja badan amal, menurut PBB.
Juga menurut PBB, selain menjalankan kamp pelatihan di Sulawesi, Agus mengawal dua pemimpin tertinggi Al-Qaeda selama perjalanan di Provinsi Aceh: Ayman al-Zawahiri, sekarang pemimpin tertinggi kelompok teroris itu, dan Mohammed Atef, kepala sayap militer al-Qaeda, yang sejak itu telah dibunuh. Menurut PBB, kedua pemimpin al-Qaeda ini mengunjungi Aceh pada bulan Juni 2002, namun sumber-sumber lain menyatakan tanggal perjalanan mereka pada Juni 2000.
“Islam juga merupakan agama yang pemaaf. Saya yakin dia belajar banyak tentang hal ini selama dipenjara,” ujar Muhammad Yazid Fahri, seorang ulama Muslim di Makassar, kepada Khabar. ”Kami juga tidak tahu kebenaran tentang dakwaan terhadap dirinya. Hanya Tuhan yang tahu.”
Pengamat terorisme Noor Huda Ismail berkomentar: ”Saya yakin pemerintah Indonesia akan terus memantau dirinya. Sederhana saja. Jika Agus terlibat lagi, mereka [pihak berwenang Indonesia] bisa menangkapnya lagi. Namun, menurut saya itu tidak akan terjadi....”
M. Taufan S.P. Bustan di Palu, Sulawesi berkontribusi untuk artikel ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar