Selasa, 13 Mei 2014

Kontras: “Umat Islam lupakan Peristiwa Talangsari”

Komandan Korem (Danrem) 043 Garuda Hitam Lampung kala itu adalah Kolonel AM Hendropriyono
hidayatullah.com/Robi
diskusi "Islam sebagai Subyek/Obyek Kekerasan" di PP Muhammadiyah

 

Hidayatullah.com–Di banyak tempat umat Islam justru menjadi obyek kekerasan. Kekerasan fisik ataupun psikis. Namun, hingga saat ini kekerasaan yang menimpa umat Islam masih banyak terjadi dan  ada beberapa yang belum penyelesaian.
Bahkan sejarah terlanjur tertulis di saat Islam dinisbatkan sebagai teroris. Sebagai contoh di Talangsari, di mana umat Islam mendapatkan kekerasan tetapi stigma teroris justru melekat. Demikian disampaikan
“Kontras telah melakukan penyidikan, justru identik stigma teroris di Talangsari,” ucap M.Daud Beureuh dari Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau disingkat (KontraS) saat menjadi pembicara dalam diskusi “Islam sebagai Subyek/Obyek Kekerasan” di PP Muhammadiyah, Senin (12/05/2014) siang.
Daud mengakui, untuk kasus Talangsari-Lampung, pada tahun 2012 Kontras telah mencoba menyelesaikan kasus kekerasan yang terjadi di sana.
Misalnya menemui beberapa kementrian, di antaranya Menkopolhukam. Namun hingga saat ini belum ada keputusan final di tangan Jaksa Agung.
“2012 bertemu sejumlah kementrian (Menkopolhukam). Kontras melakukan penyelidikan,” sesalnya.
Intelijen
Peristiwa Talangsari terjadi 7 Februari 1989 di mana bentrok kelompok Warsidi dengan aparat keamanan di Dusun Talangsari III, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way Jepara, Kabutapen Lampung Timur.
Peristiwa ini tak lepas dari peran seorang tokoh bernama Warsidi dan para jamaahnya. Seorang jamaah Warsidi, Nurhidayat,  menyempal dan membentuk kelompok sendiri di Jakarta dan kemudian merencanakan sebuah gerakan yang kemudian  tercium oleh aparat keamanan dan mengakibatkan bentrok yang menyebabkan Kapten Soetiman tewas.
Tewasnya Kapten Soetiman membuat militer mengambil tindakan tegas dengen menyerbut kelompok Warsidi. Korban pun berjatuhan dari kedua belah pihak, 27 orang tewas di pihak kelompok Warsidi, termasuk Warsidi sendiri. Sekitar 173 ditangkap, namun yang sampai ke pengadilan 23 orang.
Sementara itu, Al-Chaidar & Zulfikar Salahuddin dalam buku “Lampung bersimbah darah: menelusuri kejahatan “Negara Intelijen” Orde Baru dalam peristiwa Jama’ah Warsidi”  pernah menulis,  peristiwa Lampung adalah sebuah musibah politik dan ‘makar yang sengaja dibuat pihak tentara’.
Peristiwa yang disebut pemerintah sebagai peristiwa “Gerakan Pengacau Kea-manan (GPK) Warsidi” yang dinilai sengaja menyudutkan umat Islam.
“Namun semua peristiwa itu, ternyata tidak begitu saja terjadi, melainkan direkayasa oleh intelijen-intelijen Melayu yang berhati busuk,” tulis Al Chaidar.
Saat peristiwa ini terjadi,  Komandan Korem (Danrem) 043 Garuda Hitam Lampung adalah Kolonel AM Hendropriyono.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar