Sabtu, 15 Februari 2014

Tarusan Kamang Pernah Diteliti Warga Jerman
Pohon di tengah tarusan
Pohon di tengah tarusan. Akarnya tidak pernah sampai terendam air, walau air telaga sepenuh apa pun. (Mzn)
Kamang Mudiak – Komapost, Tarusan Kamang menyimpan misteri, yang sampai kini belum terpecahkan. Misteri tersebut menarik perhatian peneliti dari Jerman, seperti diungkapkan Pemuka Kamang Mudiak, H. Buchari Dt. Kiraiang (71), dalam perbincangan dengan Komapost, Sabtu (23/2), di Jorong Halalang.

Tarusan (telaga) yang berada di Jorong Halalang dan Babukik, Nagari Kamang mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Agam, Sumatera Barat itu, menurut hasil penelitian warga Jerman, sekitar tahun 1980, memiliki telaga di bawahnya. Namun tidak pernah dikaji, apakah telaga itu bisa membahayakan makhluk hidup yang tinggal di kawasan itu suatu ketika nanti.
Menurut Dt. Kiraiang, Tarusan Kamang diyakini warga berasal dari “tanah turun.” Maksudnya, tanah lokasi tarusan itu dulunya rata dengan daratan di sekitarnya. Kemudian, akibat peristiwa alam, tanah turun (anjlog). Cekungan yang terbentuk dari peristiwa alam itu kemudian digenangi air.
Walaupun sebuah telaga, yang disebut warga sekitar dengan tarusan, Tarusan Kamang memiliki banyak keanehan. Antara lain, tarusan itu memiliki “lidah aia,” telinga, pupukan, lubuk yang belum bisa diduga dalamnya, “batu manggigia,” pohon beringin di tengah tarusan yang tidak pernah terendam air, dan waktu kering dan digenangi air tidak bisa diperkirakan manusia.
“Yang paling aneh adalah kering dan penuhnya air tarusan tidak tergantung musim hujan atau kemarau,” uajrnya.
Pada musim kemarau bisa saja air tarusan penuh. Pada musim hujan tidak jarang air telaga kering.
Batu manggigia (batu menggigil) pada suatu ketika akan bergetar dengan sendirinya. Kejadian itu pada umumnya terjadi pada saat air tarusan penuh.
Di tengah tarusan terdapat sebuah pulau. Di pulau itu tumbuah sebatang pohon beringin. Bila genangan air penuh, bahkan sampai ke jalan raya, akar pohon beringin itu tidak pernah terendam air.
Yang menjadi tanda tanya warga sampai kini, mengapa saat air tarusan penuh, tidak mengalir ke pupuak, atau tempat air menghilang kala tarusan “mengeringkan dirinya.” Padahal lubang terowongan pupukan itu memiliki lebar sekitar 9 meter. Pupukan itu ada sebanyak 9 buah.
Pupukan itu bagaikan punya sistem buka-tutup (klep). Bila klep terbuka, air tarusan akan mengalir ke luar, lalu kering. Kantas siapa yang membuka dan menutup klep pupukan tersebut. “Hanya Allah yang mengetahuinya,” ujar Dt. Kiraiang.
Misteri alam Tarusan Kamang itulah yang ingin diungkap Tim Geolog dari ITB Bandung. Mereka tertarik, karena memang kasus itu menantang. Hasilnya saat ini memang belum diketahui, seperti disampaikan Bupati Agam H. Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah, Minggu (24/2), via ponselnya.
“Kita tunggu saja, mudah-mudahan hasilnya cepat diketahui. Dengan demikian kita bisa mengetahui dengan jelas, apa yang bis dikembangkan di kawasan Tarusan Kamang,” ujarnya.
Yang jelas, menurutnya kawasan itu akan dijadikan “labor bumi.” Di sana para geolog bisa melakukan penelitian mengenai rahasia alam yang tersimpan di dalam bumi Tarusan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar