Jumat, 07 Februari 2014

Study Banding’ Tan Malaka dan Paman ‘Ho’ ke Moscow OPINI | 26 September 2010 | 10:11 Dibaca: 503   Komentar: 4   0
Tan Malaka dan Ho Chi Minh berfoto bersama dalam pertemuan Comintern, di Moscow, 1922.
Tan Malaka dan Ho Chi Minh berfoto bersama dalam pertemuan Comintern, di Moscow, 1922.

Beberapa hari ini penulis asyik membaca sebuah buku yang berjudul:  ‘Tan Malaka, Bapak Republik Yang Dilupakan’, terbitan KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2010. Setelah selesai membaca buku ini saya membuka buku yang mirip, karena isinya juga mengulas tentang kehidupan dan perjuangan Tan Malaka, yaitu: ‘Manusia Dalam Kemelut Sejarah’, oleh: Taufik Abdullah, Aswab Mahasin, dan Daniel Dhakidae, LP3ES, 1988.
Dalam buku terbitan KPG, selain tentang Tan Malaka, masih ada buku ke-2 dan ke-3 yang mengulas dua tokoh pendiri bangsa yang lain, yaitu: Sukarno dan Mohammad Hatta.  Apakah masih ada buku lainnya, yang mengupas tokoh Syahrir, dan lain-lain, penulis tidak tahu. Namun yang saya lihat dipajang di toko buku Gramedia, hanya menyangkut ke-3 tokoh tersebut. Padahal dalam buku yang diterbitkan oleh LP3ES, dibahas tokoh-tokoh lainnya selain ketiga tokoh tersebut, yaitu:  Sutan Syahrir, Panglima Besar Jenderal Sudirman, Haji Agus Salim, Kahar Muzakkar, Amir Syarifudin, dan Rahmah El Yunusiyyah.
Setelah selesai membaca buku: ‘Tan Malaka, Bapak Republik Yang Dilupakan’, KPG, 2010, saya mendapatkan informasi yang tidak dituliskan di buku :’ Manusia Dalam Kemelut Sejarah’ (Bab tentang: Tan Malaka, Pejuang Revolusioner  Yang  Kesepian , oleh Alfian), yaitu: Tentang riwayat perjalanan  Tan Malaka menuntut ilmu di Bukittinggi, dilanjutkan bersekolah ke Rijkskweekschool, Harlem, Belanda. Detail perjalanan politiknya ke Uni Soviet (mungkin hal inilah yang sebetulnya  dimaksud dengan sebutan ‘Study Banding’ oleh para wakil Rakyat kita pada jaman ‘pencitraan’ saat ini), mempelajari ideology Marxisme, dan hubungannya dengan pemimpin pergerakan nasional di Phillipina, Kanton, Shanghai, Hongkong, Singapura, Burma, dan Malaysia.
Ketertarikan saya, adalah: Tan Malaka muda telah merasakan perubahan gejolak politik dunia saat itu, terkait dengan status Indonesia (Hindia Belanda), yang masih dalam cengkeraman kolonialis Belanda.  Dalam pikirannya telah bergaung keinginannya untuk ‘menghentikan penjajahan Belanda dan Jepang di Hindia Belanda, melalui ideology perjuangan aksi rakyat dan militer’.
Buku: ‘Massa Actie’, karangan Tan Malaka, yang diilustrasikan oleh : Alfian (penulis Bab Tan Malaka, pejuang revolusioner yang kesepian, Manusia Dalam Kemelut Sejarah), mengandung anjuran untuk melakukan gerakan perjuangan menyeluruh dari rakyat dan militer untuk melawan pendudukan kolonialis. Perjuangan ini  seolah mencoba meniru langkah perjuangan Ho Chi Minh, di Vietnam, yang  memulai perjuangannya dalam melawan kolonialis Perancis tahun 1920. Dalam foto yang dimuat dibuku: Tan Malaka, Bapak Republik Yang Dilupakan, terlihat sosok Tan Malaka dan Ho Chi Minh berfoto bersama, di antara 10 orang wakil Partai Komunis berbagai Negara, saat konggres Partai Komunis Internasional (Comintern), di Moscow, tahun 1922.
Akhir dari proses perjuangan kedua pelopor gerakan totalitas rakyat itu telah kita ketahui bersama. Ho Chi Minh berhasil dengan gemilang mengusir tiga Negara kolonialis dari negerinya, yaitu: Perancis  (tahun 1954), Jepang (tahun 1945), kemudian bertepatan dengan takluknya pemerintahan Jepang di Vietnam pada tanggal 2 September 1945, rakyat Vietnam memperingati tanggal tersebut sebagai: Hari Kemerdekaan Vietnam), dan Amerika Serikat (tahun 1975). Sementara itu perjuangan Tan Malaka di Indonesia, mengalami  nasib tragis gagal total, bahkan sang ‘pelopor’ tersebut ditembak mati oleh para pengawalnya di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, pada tanggal 21 Februari 1949, yang ‘dianggap sebagai basis awal’  tempat dia akan mulai bergerak memperjuangkan idealismenya.
Dari kisah-kisah yang terungkap itu, penulis merasa tercerahkan oleh suatu paparan fakta sejarah yang selama ini tabu untuk diketahui public, bahkan terbitnya buku: ‘Manusia Dalam Kemelut Sejarah’, pada tahun 1989 pun sudah menuai kontroversi. Beruntung saya masih dapat membelinya.
Indonesia dan Vietnam memang memiliki kesamaan sejarah dalam memperjuangkan kemerdekaannya, yakni dengan merebutnya melalui perlawanan total, disertai dengan pertumpahan darah. Namun Vietnam memiliki latar belakang ideologis kuat dalam menghancurkan dan mengusir para kolonialis dari negerinya di bawah pemimpin Bapak pejuang Rakyat Vietnam, yaitu: Ho Chi Minh (Paman Ho), yang sebetulnya memiliki kesamaan cita-cita  dengan Tan Malaka, yakni: Merdeka 100 %.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar