Jumat, 07 Februari 2014


Sejarah Tuanku Nan Renceh Membangun Markas Islam

Seakan akan sedang menonton sebuah film colossal Romawi yang begitu hebat sewaktu membaca buku sejarah “Pongkinangongolan Sinambela Gelar Tuanku Rao“, karangan Mangaraja Onggang Parlindungan. Begitu lengkap dan hebatnya kisah perjalanan penegakan agama Islam dan perubahan budaya etnis sebuah bangsa yang dipengaruhi oleh peradaban bangsa lain di dunia

Banyak informasi penting ditemukan dalam buku tersebut. Termasuk data lengkap dengan tahun terjadinya peristiwa penting tersebut yang patut diketahui oleh banyak generasi. Sedangkan di abad globalisasi ini kita sering terpesona dengan kehebatan bangsa lain. Seakan akan lupa dengan sejarah kehebatan bangsa sendiri pada masa lalu. Kadang-kadang kita tidak bisa berfikir dimasa lalu dengan keterbatasan ilmu pengetahuan & teknologi, termasuk manajemen dan logistic suatu bangsa dapat menjelajahi daerah yang jauh dan sulit dalam perjuangan hidup mati termasuk peperangan yang memakan waktu lama.

Walaupun terdapat sisi kelam dari cerita yang disajikan buku tersebut , namun kita ingin menyampaikan sisi positifnya saja. Karena semua tokoh yang terlibat sudah tidak ada lagi , termasuk diantaranya para Pejuang Pahlawan Nasional Indonesia tercinta seperti Tuanku Imam Bonjol dan Sisingamangajara XII.

Banyak yang dapat diambil dari uraian buku sejarah tersebut . Pada awalnya tulisan ini hanya di tujuan semula hanya kepada anggota keluarga penulis dengan catatan Sonny Boy dari kumpulan bahan yang didapat dari orang tua penulis , Sutan Martua Raja (SMR). Namun rupanya buku tersebut banyak dipakai banyak kalangan pemerhati sejarah termasuk kaum intelektual.

Salah satu yang penting adalah sisi sejarah perjalanan kaum Paderi dengan Gerakan Pembersihan/Pemurnian Islam yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh dengan Harimau Nan Salapannya. Artinya di awali oleh Tuanku Nan Renceh sebagai pionir gerakan kaum paderi bersama dengan tiga orang haji yang baru pulang dari tanah suci yaitu ; Haji Piobang , Haji Sumanik dan Haji Miskin dengan Mazhab Hambali dan faham Wahabi.

Kemudian gerakan paderi tahun 1804 -1821 , yang di proklamirkan Tuanku nan Renceh dengan Negara Darul Islam ini berkembang pesat dengan banyak tokoh tokoh penting atas didikan Tuanku Nan Renceh dengan tiga orang haji tersebut. Berakhirnya Negara Darul Islam tahun 1821 dengan kekalahan Kaum Paderi di pertempuran Air Bangis melawan Belanda dengan kematian Tuanku Rao Cs dan tokoh pemberani lainnya sebagai pahlawan Islam ( belum pahlawan nasional). Sedangkan Tuanku Imam Bonjol selamat untuk melanjutkan Perang Paderi sampai tahun 1937 dengan ditangkapnya Tuanku Imam Bonjol dan dibuang ke Menado.

Membangun Markas Angkatan Perang dengan Benteng Kamang,

Dalam catatan Buku Tuanku Rao tersebut banyak diungkap mulai pembentukan Markas besar dengan pendidikan agama Islam serta Benteng Kamang . Dengan membangun angkatan bersenjata dengan keunggulan Janytsar Cavallry Islam yang bisa merekrut 32.000 personil tentara dengan keunggulan tehnik pertempuran berkuda (cavalry) dibawah binaan Haji Piobang dan Haji Sumanik . Sedangkan Haji Miskin dengan kemampuan bertempur di padang pasir (hermet), terkenal dengan pertarungan hidup mati dalam hindari maut di padang pasir Timur Tengah .

Bisa dibayangkan manajemen apa yang di miliki oleh Tuanku Nan Rencek, atau Tuanku Imam Bonjol, dan Tuanku Rao dan Tuanku lainnya dalam gerakan pengIslaman di berbagai wilayah di Sumatera Tengah dan Sumatera Utara kala itu . Sesuai dengan aliran waktu itu dengan perang untuk menegakkan atau pemurnian Islam sebagai satu satunya jalan dari aliran wahabi. Walau kemudian aliran ini hilang lenyap ditelan waktu dengan datangnya Mazhab Syafei dengan aliran Sunni yang lebih toleran dengan pendekatan tanpa kekerasan.  
Diawali dengan Pembekalan pendidikan agama selama tahun 1804 -1806. Tuanku Nan Renceh mendidik calon Panglima Paderi Tuanku Rao dan sejumlah rombongan yang datang di Kamang sekitar 500 orang yang dibawa oleh Datuk Bandaro Ganggo dari Lubuk Sikaping dan daerah Sumatera Utara . Diawali dengan pengetahuan Agama dan pengetahuan umum oleh Tuanku nan Renceh bersama Haji Miskin dengan metode yang dipelajari Tuanku Nan Renceh di Ulakan Pariaman.

Dalam waktu yang bersamaan Haji Piobang dan Haji Sumanik sekaligus mendidik dan melatih Tuanku Rao cs. Tuanku Rao ini yang berumur sekitar 16 tahun dengan latihan Cavallry serta pengetahuan tempur lainnya. Konon kedua Haji tersebut sudah terlatih dengan pertempuran Cavallary dengan tentara Turki . Pada tahun 1798 dalam pertempuran dengan tentara Napoleon di Piramides berhasil membanting / mengalahkan Napoleon, berkat kemampuan lapangan tempur berkuda (Cavalry). Rencana Napoleon hendak merebut India dan Indonesia terhambat karena kekalahan dengan tentara Turki dengan prajurit Piobang Cs.

Sejak tahun 1904 tersebut di Minangkabau lahirlah Gerakan Pemurnian Islam dengan Gerakan Kaum Putih Minangkabau yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh . Sekaligus merupakan Markas Islam semacam Universitas Islam dengan ribuan anak didik dari berbagai daerah di Minangkabau dan daerah tetangga dari Sumatera Utara.

Kemauan Belajar Agama dan Semangat Berjuang Sangat Tinggi

Diawali dengan mendidik agama para mualaf yang jumlahnya cukup banyak dengan sekaligus hapalan Al Qur’an , tidak menjadi masalah bagi Tuanku Nan Renceh dan Datuk Bandari Ganggo yang sama alumni Universitas Islam Ulakan Pariaman yang waktu itu beraliran Syiah. Walau kemudian Tuanku Nan Renceh dengan pengikutnya menjadi aliran Wahabi dengan Mazhab Hambali yang sekaligus menghilangkan popularitas Tuanku Nan Renceh di Minangkabau.
Rupanya Tuanku Nan Renceh ini juga ahli dalam ilmu psychology, serta memahami naluri perang yang tinggi. Dalam rombongan besar yang ingin belajar di Markas Kamang tersebut ada beberapa calon panglima dan pemimpin kamu paderi yang akan muncul kemudian hari. Calon panglima yang dimaksud antara lain adalah Pongkinangolgolan Sinambela alias Tuanku Rao, Peto Syaris alias Tuanku Imam Bonjol (Pahlawan Nasional), Tuanku Tambusai dan lainnya.

Dalam waktu singkat Tuanku Nan Renceh mempersiapkan tentara Islam di bawah komando Umar Bin Chatab alias Tuanku Rao dan Tuanku Imam Bonjol di bawah latihan khusus Jetnisar Cavalry Islam Haji Piobang dan Haji Miskin yang mendapat perlindungan khusus Tuanku Nan Renceh di Markas Kamang. Karena kedua Haji ini kurang disenangi oleh masyarakat kampung asal mereka , karena sikap yang radikal dalam pemurnian Islam dari kebiasaan jahiliyah ( Judi, Sabung Ayam , Minuman Tuak dan perbuatan lainnya ) yang menandakan masyarakat yang relative baru menganut Islam.
Dalam masa singkat sekitar 2 tahun. Pada tahun 1806 Tuanku Rao diutus Tuanku Nan Renceh mendapat pendidikan lanjutan di Benteng Batusangkar dengan Tuanku Lintau. Di Benteng Batusangkar itulah Umar Bin Chatab alias Tuanku Rao di latih oleh Tuanku Lintau dan Zafrollah Aly (kemudian menjadi Tuanku Hitam). Dalam tahun 1807 Tuanku Rao dapat menamatkan pendidikan lanjutan Jatnisar Cavallry dengan predikat Summa Cum Laude di benteng Batu Sangkar dan siap dinobatkan Tuanku Nan Renceh menjadi Panglima Paderi.

Memang pintar Tuanku Nan Renceh dalam masa singkat sekitar 1804 - 1907 berhasil merekrut panglima panglima Perang seperti sebelumnya Peto Syarif sebagai Tuanku Imam Bonjol diusia 36 tahun, Ponkinanggolgolan sebagai Tuanku Rao di usia 24 tahun serta Hamonongan Harahap sebagai Tuanku Tambusan di usia 27 tahun . Kemudian ketiga panglima ini mendirikan benteng di Bonjol dan di Rao serta di belahan utara . Kemudian tokoh tokoh tersebut lah yang menjalankan penegakan Islam diberbagai daerah di Minangkabau , Sumatera Utara dan Riau sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar