Sabtu, 01 Februari 2014

JIHAD KARTOSUWIRYO



A. Pendahuluan
Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, yang selanjutnya disebut SM Kartosuwiryo adalah sebuah nama yang cukup problematik dan kontroversial di Negara Indonesia, dari dulu hingga saat ini. Salah seorang tokoh pejuang nasional di era kemerdekaan ini masih terdengar memiliki reputasi negatif di telinga masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan ide dan pemahamannya yang berbeda dengan para tokoh kemerdekaan yang nasionalis di waktu itu, sehingga beberapa aksinya untuk memperjuangkan kemerdekaan Negara ini dan melawan penjajah, serta tidak memberi peluang sekecil apapun kepada para penjajah justru menyeret dirinya kepada tuduhan pemberontak, yakni karena mencetuskan ide pendirian NII (Negara Islam Indonesia).
Terlepas dari itu semua, tak sedikit jasa-jasa yang diberikannya kepada Negara ini. Kecintaannya serta pengorbanannya demi tumpah darah inipun tidak pula ada yang meragukan. Satu hal penting yang perlu menjadi catatan adalah bahwa kebesaran pribadi dari sosok SM. Kartosuwiryo adalah karena ia merupakan seorang pemimpin besar yang hidup pada zamannya. Tanpa perlu membandingkan dengan tokoh-tokoh besar semisal Ir. Soekarno, Muh Hatta, Jendral Soedirman, H. Agus Salim dan yang lain sebagainya. Kemampuan memimpinlah yang menjadikan dirinya besar, sekaligus memperbesar peranan dan perbuatannya dalam membela tanah air.
Pemilihan SM. Kartosuwiryo sebagai tokoh kajian dilatar belakangi oleh peranan besarnya dalam sejarah Indonesia sejak sebelum merdeka hingga memasuki pembentukan negara baru Republik Indonesia. Kiprah politiknya di percaturan politik nasional dan perjuangan perlawanannya terhadap penjajah telah ia mulai dari usia yang sangat muda dan terus berlanjut hingga akhir hayat. Juga pengaruh pemikirannya yang sangat kuat waktu itu sehingga sangat banyak sekali pengikut yang mampu ia pengaruhi dan bahkan mungkin masih ada hingga saat ini.
Melalui makalah ini penulis berharap dapat cukup memberikan gambaran yang jelas tentang gaya serta karakter kepemimpinan SM Kartosuwiryo. Semoga hasil akhir dari kajian ini, dapat memperkaya wawasan penulis maupun para pembaca mengenai kepemimpinan dan kelak dapat mengaplikasikannya di kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
B. Rumusan Masalah
Kepemimpinan seseorang dapat digolongkan ke dalam berbagai model kepemimpinan yang telah banyak dijelaskan dalam teori-teori kepemimpinan. Model kepemimpinan inilah yang nantinya bisa kita lihat, dimana model ini akan dapat mempengaruhi dan bahkan menentukan baik dan buruknya, serta efektifitas cara seseorang memimpin followers-nya dan menjalankan secara baik organisasi yang ia pimpin.
Hal inilah yang mendasari perlu adanya analisa untuk dapat mempelajari gaya kepemimpinan seseorang. Dalam tulisan ini, yang menjadi rumusan masalah adalah Model kepemimpinan seperti apa yang paling mendekati dalam setiap aktifitas seorang SM Kartosuwiryo dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin?
C. Landasan Teori
Dalam menganalisa kepemimpinan SM Kartosuwiryo, penulis memilih untuk menggunakan teori The Process of Great Leadership dari Kouzes dan Posner. Hal ini dikarenakan karena teori yang dikemukakan Kouzes dan Posner ini merupakan teori kepemimpinan yang sangat taktis dan aplikatif mengenai kepemimpinan. Model kepemimpinan yang dikembangkan oleh Kouzes dan Posner lebih tepat dikatakan sebagai panduan lapangan bagi para pemimpin untuk mentransformasikan nilai-nilai menjadi tindakan, visi menjadi realitas, rintangan menjadi inovasi, perbedaan menjadi solidaritas, dan resiko menjadi penghargaan.
BAB II
BIOGRAFI SINGKAT
SEKARMAJI MARIJAN KARTOSUWIRYO
Hampir semua catatan sejarah mengenai tokoh dan pendiri Negara Islam Indonesia, SM Kartosuwiryo, memperkenalkan riwayat hidup dan perjuangannya dimulai setelah ia tampil sebagai pemimpin dan menjadi politikus professional Partai Syarikat Islam Indonesia. Sedikit sekali ditemukan catatan tentang bagaimana kehidupan masa kecilnya, seperti apa pendidikan yang diterapkan orang tuanya, dan sejauh mana hal itu membawa pengaruh terhadap kepribadiannya.
Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, adalah nama yang diberikan orang tuanya. Lahir 7 Februari 1905 di Cepu, sebuah kota kecil antara Blora dan Bojonegoro, daerah perbatasan jawa timur dan jawa tengah. Aslinya bernama Sekarmaji, sedangkan Marijan Kartosuwiryo adalah nama ayahnya, seorang pegawai Gubernemen Hindia Belanda dengan jabatan mantri kehutanan. Di desa inilah SM. Kartosuwiryo menghabiskan masa kanak-kanak bersama orang tuanya. Sebelum menyertai keluarganya pindah ke Bojonegoro, pada usia 6 tahun SM. Kartosuwiryo kecil masuk Sekolah Rakyat (Tweede Innlandsche School) di desa Pagotan Rembang, dan empat tahun kemudian ia pindah ke Hollandsch Inlandsche School (HIS). Selanjutnya ia diterima menjadi siswa Europeesche Lagere School (ELS), sekolah rendah bagi anak-anak Eropa di Bojonegoro dari tahun 1919 dan tamat pada tahun 1923, saat usianya menginjak 18 tahun.
Sesudah menamatkan pelajarannya di Hogere Burgelijks School (HBS), SM. Kartosuwiryo melanjutkan pelajaran di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), yaitu sekolah tinggi kedokteran di Surabaya. Di kota itulah ia bertemu dengan HOS. Cokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam, yang kemudian menjadi bapak asuh, pembimbing rohani dan mentor politiknya sekaligus.
Sejak duduk di tingkat pertama NIAS 1926, SM. Kartosuwiryo telah aktif terjun ke dalam partai politik. Sehingga ia hanya bertahan sampai tingkat empat, untuk kemudian dikeluarkan karena akibat kegiatan politik yang dilakukannya dalam Liga Pemuda Islam (Jong Islamieten Bond). Adapun pengetahuan agama diperoleh dari pergaulannya yang luas dengan para ulama atau ajengan dikala itu.
Sekarmaji menjadi seorang yatim pada umur 20 tahun ketika pada tahun 1925 ayahnya, Marijan Kartosuwiryo meninggal dunia. Maka setelah dikeluarkan dari NIAS karena kegiatan politiknya, untuk beberapa waktu lamanya, SM. Kartosuwiryo memilih bekerja menjadi guru swasta di Bojonegoro.
Sejak masa mudanya, SM. Kartosuwiryo telah memperlihatkan kecenderungan yang kuat terhadap pergerakan politik Islam. Pengaruh perkembangan politik Indonesia begitu menarik perhatiannya. Untuk itu ia giat di dalam Syarekat Islam pimpinan HOS. Cokroaminoto. Dari pimpinan Syarekat Islam inilah, yang terbukti kemudian tempatnya berguru mengenai taktik dan perjuangan partai, juga tempatnya memperoleh gagasan mengenai suatu Negara Indonesia yang berlandaskan Islam.
HOS. Cokroaminoto, tokoh politik paling berpengaruh di zaman itu, menyadari kecenderungan serta bakat terpendam yang ada dalam diri pemuda asuhannya. Maka pemuda ini dibina dan dipersiapkan menjadi kader pemimpin masa depan. Dari tahun 1927-1929 SM. Kartosuwiryo menjadi asisten pribadi (Aspri) HOS. Cokroaminoto dan ikut sebagai redaktur Koran “Fajar Asia” yang dipimpinnya. SM. Kartosuwiryo adalah seorang jurnalis yang piawai, sehingga hanya dalam tempo setahun saja, sejak memulai karier jurnalistiknya dari bagian korektor, reporter hingga dipercaya sebagai Hoofd Redaktur atau Pemimpin Redaksi harian “Fajar Asia”.
Berdasarkan catatan Kapten Suyono HW, yang menulis publikasi terbatas untuk kalangan TNI AD diterangkan, bahwa “Sewaktu Sekarmaji mulai berkecimpung di dalam partai politik, terutama sejak menjadi anggota PSII, hampir seluruh perhatiannya dicurahkan untuk kegiatan partai. Bahkan ia ternyata penganut partai yang menjadi kesayangan HOS. Cokroaminoto. Sejarah membuktikan, SM. Kartosuwiryo hingga akhir hayatnya merupakan pengagum politik Islamisme Cokroaminoto. Pada gilirannya nanti, justru pada saat-saat ia konsekuen dengan politik Islamisme tersebut malah akhirnya di non-aktifkan dari PSII, partai yang telah memperkenalkan dirinya dengan nilai-nilai Islam.
Kharisma kepemimpinan SM. Kartosuwiryo, sudah mulai tampak sejak usia mudanya. Prestasi-prestasi di bidang politik yang meluncur tinggi dapat membuktikan hal ini. Sewaktu masih berusia 26 tahun ia terpilih sebagai sekjen PSII pada tahun 1931. Ketika HOS. Cokroaminoto wafat di tahun 1934 sebagai ketua PSII, SM. Kartosuwiryo masih memegang jabatan tersebut. Dalam kongres berikutnya, 1936, ia terpilih menjadi wakil ketua, sedangkan ketuanya adalah Wondo Amiseno. SM. Kartosuwiryo juga pernah dipilih menjadi sekretaris umum Masyumi, sampai kemudian ia menyadari, tidak ada satu partai pun ketika itu yang bisa diharapkan untuk secara sungguh-sungguh memperjuangkan tegaknya Daulah Islamiyah, sehingga ia memilih meninggalkan system perjuangan lewat kepartaian. Kemudian bersama kawan-kawannya, membentuk dan menyusun kekuatan yang menuju kearah cita-cita Islam. Selama 13 tahun bergerilya di daerah Jawa Barat, akhirnya ia tertangkap pada tanggal 4 Juni 1962. Kemudian ia diadili bulan Agustus 1962 dan dieksekusi mati pada bulan September 1962, melalui keputusan pengadilan tertutup dengan tuduhan pemberontakan.
BAB III
TEORI KEPEMIMPINAN KOUZES AND POSNER
The Process Of Great Leadership Kouzes and Posner
Kouzes & Posner menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan sebuah hubungan erat antara pemimpin dan pengikutnya sehingga proses kepemimpinan tidak dapat berdiri sendiri. Untuk itu kesuksesan seorang pemimpin tidak dapat dilihat dari variabel pemimpinnya saja, tetapi juga dari kemampuan sang pemimpin untuk membangun hubungan yang harmonis dengan pengikutnya. Kesuksesan tersebut akan sepenuhnya bergantung pada kapasitas pemimpin untuk membangun dan mempertahankan hubungan manusia yang memungkinkan orang untuk mewujudkan hal-hal yang luar biasa secara regular.
Teori yang dihasilkan oleh Kouzes dan Posner merupakan pewujudan hasil penelitian yang telah mereka lakukan melalui model kepemimpinan pribadi yang terbaik. Hasil analisa dari hasil penelitian tersebut didapatkan Lima Praktek Kepemimpinan Teladan (The Process of Great Leadership) yang berfungsi sebagai dasar kepemimpinan dan terangkai pula bersama Sepuluh Komitmen Kepemimpinan. Lima Praktik Kepemimpinan dan Sepuluh Komitmen Kepemimpinan tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Tabel 1:
Lima Praktik Kepemimpinan dan Sepuluh Komitmen Kepemimpinan
Praktik Komitmen
1. Mencontohkan Caranya 1. Temukan Suara Hati Anda dengan memperjelas nilai-nilai pribadi Anda.
2. Beri contoh dengan menyelaraskan tindakan dengan nilai-nilai bersama.
2. Menginspirasikan Visi Bersama 3. Lihat masa depan dengan membayangkan peluang-peluang yang menggairahkan dan luhur.
4. Kumpulkan orang ke dalam visi bersama dengan memperhatikan aspirasi bersama.
3. Menantang Proses 5. Cari peluang melalui pencarian cara-cara inovatif untuk berubah, tumbuh, dan menjadi lebih baik.
6. Lakukan eksperimen dan ambil resiko dengan terus menerus menghasilkan kemenangan-kemenangan kecil dan belajar dari kesalahan.
4. Memungkinkan Orang Lain Bertindak 7. Pupuk kolaborasi dengan mempromosikan tujuan bersama dan membangun kepercayaan.
8. Perkuat orang lain dengan membagi kekuasaan dan keleluasaan.
5. Menyemangati Jiwa 9. Akui kontribusi dengan menunjukkan penghargaan bagi pencapaian individu.
10. Rayakan nilai-nilai dan kemenangan dengan menciptakan semangat komunitas.
Sumber: Kouzes & Posner, The Leadership Challenge: Tantangan Kepemimpinan, edisi ketiga, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004, hlm. 23
Berikut akan diuraikan secara singkat penjelasan mengenai proses kepemimpinan teladan yang disebut oleh Kouzes & Posner dengan Lima Praktik Kepemimpinan Teladan.
A. Mencontohkan Caranya (Model The Way)
Hal pertama yang harus diperhatikan oleh pemimpin dalam tahap ini adalah bagaimana seorang pemimpin dapat memahami dengan jelas nilai-nilai atau prinsip hidup mereka. Karena prasyarat yang harus dipenuhi dari seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai dan memahami prinsip hidupnya sendiri. Untuk menemukan prinsip tersebut maka pemimpin harus membuka hatinya dan mendengarkan suara hati atas nilai-nilai pribadi yang dianutnya. Para pemimpin harus menemukan jati dirinya lalu menyuarakannya dengan jelas dan tepat atas nilai-nilai tersebut kepada pengikut mereka dan menjadikan nilai – nilai pribadi tersebut menjadi nilai bersama. Namun bagaimanapun cara yang dilakukan oleh pemimpin dalam menggugah pengikutnya atas nilai – nilai tidaklah cukup dengan kata – kata saja. Karena untuk menggerakkan manusia dibutuhkan perbuatan. Seorang pemimpin haruslah menyelaraskan kata – kata dengan perbuatan mereka.
Para pengikut mengharapkan pemimpin untuk senantiasa hadir, memberikan perhatian dan berpartisipasi langsung dalam proses untuk mewujudkan hal – hal yang luar biasa. Pemimpin memanfaatkan setiap peluang untuk menunjukkan kepada orang lain contoh dari dirinya sendiri bahwa ia amat berkomitmen pada nilai – nilai dan aspirasinya. Memimpin dengan memberikan teladan adalah mengenai bagaimana cara mereka memberikan bukti bahwa mereka benar – benar berkomitmen secara pribadi.
B. Menginspirasikan Visi Bersama (Inspire a Shared Vision)
Seorang yang memilih dirinya menjadi pemimpin haruslah seseorang yang mempunyai visi kedepan, yaitu sesuatu yang diluar batas ruang dan waktu. Serta mampu membayangkan masa depan dengan peluang – peluang yang mungkin terjadi saat itu. Imajinasi tentang masa depan tersebut adalah sesuatu yang mendorong mereka untuk senantiasa berpikir maju dan optimis dalam meraih kesempatan tersebut.
Visi yang ada dalam benak pemimpin harus dapat disampaikan dengan kata – kata yang dapat dipahami kepada pengikutnya agar dapat menciptakan sebuah pergerakan yang dinamis dalam organisasi. Sehingga pemimpin memperoleh dukungan atas visi kelompok yang telah dibuat.
Proses penyampaian visi tersebut dilakukan melalui komunikasi yang intensif antara pemimpin dengan pengikutnya. Karena kepemimpinan merupakan dialog. Untuk mengumpulkan dukungan, para pemimpin harus memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai mimpi, harapan, aspirasi, visi dan nilai orang – orang. Pemimpin meniupkan kehidupan ke dalam harapan dan mimpi orang dan memungkinkan mereka untuk melihat kemungkinan menggairahkan yang ada di masa depan. Pemimpin membentuk kesatuan tujuan dengan menunjukkan pada pengikutnya betapa mimpi adalah untuk kebaikan bersama. Para pemimpin menyalakan api semangat dalam diri orang dengan mengekspresikan antusiasme pada visi kelompok yang menakjubkan. Pemimpin mengkomunikasikan kegairahan mereka melalui bahasa yang jelas dan gaya yang ekspresif. Kepercayaan dan antusiasme mereka terhadap visi yang ada adalah percikan yang dapat menyalakan api inspirasi.
C. Menantang Proses (Challenge The Process)
Seorang pemimpin adalah sosok yang tidak pernah berhenti berinovasi dalam mengembangkan organisasi yang dipimpinnya menuju perbaikan sistem yang berlaku saat itu. Hal yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam melakukan inovasi dalam pengembangan organisasi adalah mengenali ide – ide bagus yang tersedia, melakukan tindakan yang mendukung terealisasinya ide tersebut, serta bersedia untuk menantang sistem kerja.
Dalam setiap inovasi dan perubahan akan melibatkan eksperimen, resiko dan kegagalan. Sehingga keberanian dalam mengambil resiko atas pilihan – pilihan inovasi merupakan suatu sikap yang harus mengiringi hal tersebut. Cara dalam menghadapi kemungkinan atas resiko dan kegagalan adalah dengan memulai perubahan secara bertahap dan melaluinya dengan kemenangan – kemenangan kecil serta belajar dari kesalahan – kesalahan kecil yang dilewati. Selain itu pemimpin juga harus memberikan motivasi lebih kepada pengikutnya dalam menghadapi situasi menantang tersebut.
D. Memungkinkan Orang Lain Bertindak (Enable Others to Act)
Pemimpin teladan senantiasa membangun kolaborasi dan kepercayaan. Pemimpin teladan mempunyai orientasi kerja bahwa keberhasilan yang diraih adalah buah dari kerja tim, bukan hasil kerja pribadi pemimpin. Sehingga dalam penyampaian argumentasi pemimpin akan sering menggunakan kata “kami” daripada kata “saya”. Kerja sama tim ini tidak hanya terbatas pada kelompok kecil tim saja, tetapi merupakan kerja sama tim yang mempunyai visi bersama organisasi.
Atas dasar tersebut maka pemimpin akan memungkinkan orang lain untuk mengerjakan pekerjaan dengan optimal. Karena siapa pun yang dipercayai untuk memberikan hasil yang optimal akan mempunyai rasa kepemilikan yang besar dan kekuatan untuk berbuat yang terbaik. Hal tersebut akan selalu tertanam dalam hati orang tersebut. Namun dalam memungkinkan orang lain untuk bertindak, pemimpin juga tidak boleh memaksakan kekuasaaannya tetapi dengan mendelegasikannya.
Ketika kepemimpinan menjadi sebuah hubungan yang dibangun berlandaskan rasa saling percaya serta kepercayaan diri, orang akan berani mengambil resiko, membuat perubahan, terus menjaga organisasi dan pergerakannya tetap hidup. Melalui hubungan tersebut, para pemimpin telah mengubah para pengikutnya menjadi pemimpin pula.
E. Menyemangati Jiwa (Encourage The Heart)
Dalam meraih kemenangan besar, jalan yang akan dilalui tidaklah mudah. Melainkan jalan yang mendaki dan terjal. Dibutuhkan kekuatan besar untuk dapat melalui semuanya. Pemimpin senantiasa menyemangati jiwa pengikutnya untuk tetap terus melangkah bersama melalui perhatian yang tulus dalam menyemangati mereka. Serta dengan menunjukkan penghargaan atas keberhasilan – keberhasilan kecil yang telah dihasilkan oleh pengikutnya dan pengakuan atas kontribusi yang telah diberikan selama ini.
Merayakan keberhasilan – keberhasilan kecil yang telah diraih merupakan salah satu bentuk pengakuan atas kontribusi pengikut. Dengan perayaan kecil akan tercipta semangat kolektif yang kuat dan dapat menjadi investasi semangat dalam melalui masa – masa sulit.
Berdasarkan beragam informasi dari referensi yang diperoleh dan sesuai dengan poin-poin yang disampaikan Kouzes dan Posner diatas, penulis akan lebih menggali lagi nilai-nilai kepemimpinan yang dipraktikkan SM. Kartosuwiryo sepanjang karir kepemimpinannya, hingga nantinya kita dapat membuktikan apakah Kartosuwiryo adalah salah satu tokoh bangsa yang layak disebut sebagai pemimpin besar – the great leader.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bagian pembahasan ini, penulis akan mengkaji kepemimpinan SM. Kartosuwiryo dari teori Kouzes dan Posner melalui lima praktik dan sepuluh komitmen kepemimpinan yang telah dipaparkan dibagian sebelumnya.
A. Mencontohkan Caranya (Model The Way)
Hal pertama yang harus diperhatikan oleh pemimpin dalam tahap ini adalah bagaimana seorang pemimpin dapat memahami dengan jelas nilai-nilai atau prinsip hidup mereka. Para pemimpin harus menemukan jati dirinya lalu menyuarakannya dengan jelas dan tepat atas nilai-nilai tersebut kepada pengikut mereka dan menjadikan nilai – nilai pribadi tersebut menjadi nilai bersama. Namun bagaimanapun cara yang dilakukan oleh pemimpin dalam menggugah pengikutnya atas nilai – nilai tidaklah cukup dengan kata – kata saja. Karena untuk menggerakkan manusia dibutuhkan perbuatan. Seorang pemimpin haruslah menyelaraskan kata – kata dengan perbuatan mereka.
SM. Kartosuwiryo dikenal sebagai pribadi yang sangat keras dalam memegang sebuah komitmen dan sangat menjaga norma serta nilai-nilai positif dalam kehidupannya. Berdasarkan pengakuan pembantu-pembantu dekatnya, diantara ciri kepribadian imam SM. Kartosuwiryo yang paling menonjol, adalah ia menyukai hidup sederhana, baik dalam hal makanan maupun pakaian. Postur tubuhnya sedang, rambutnya ikal dan bicaranya pelan tapi jelas. Tidak banyak bicara. Apabila berjalan menundukkan kepala, tenang tanpa gaya. Manakala berada di tengah-tengah prajuritnya ia jarang dikenal karena tak pernah menonjolkan diri hanya karena jabatannya lebih tinggi. Dalam salah satu wawancara dengan seorang tokoh penting jama’ah Darul Islam, Ules Sudja’I, ia menggambarkan kepribadian SM. Kartosuwiryo: “Bapak – panggilan untuk SM. Kartosuwiryo – adalah seorang yang sangat konsekuen dengan keyakinannya. Musyawarah merupakan tabi’atnya. Belum pernah ia mengambil keputusan apapun, tanpa bermusyawarah dengan para pembantunya. Selama mengikutinya, saya menyaksikan ketekunannya dalam beribadah kepada Allah. Membaca al-Qur’an secara teratur, shalat tahajud, istiharah serta puasa sunnah. Kebiasaan lainnya, ia senang berolahraga sehingga fisiknya termasuk yang paling perkasa dan sangat kuat. Sedangkan sesuatu yang paling dibenci, apabila putusan musyawarah dilanggar atau tidak dilaksanakan”.
Sikap-sikap yang ia tunjukkan bukan dimaksudkan hanya sekedar agar ditaati oleh para pengikutnya, sebagaimana ketaatan bawahan kepada atasan. Tapi lebih dari itu, ia ingin perilaku yang telah ia contohkan agar menjadi teladan dan dijadikan sebuah kepribadian bagi para pengikutnya meskipun pemimpinnya tidak ada. Hal ini menunjukkan, bahwa motivasi dan kesadaran spiritual yang menjadi dasar pergerakan Darul Islam, berpengaruh nyata terhadap kehidupan individu muslim khususnya bagi para pengikutnya. Memang kesadaran demikian akan bereaksi dalam jiwa seseorang yang menghendaki agar setiap individu memiliki intuisi yang peka, yang dengan itu dapat membedakan “yang ini benar dan yang itu salah”, serta dapat merasakan yang indah dan yang buruk.
Kepribadian inilah yang juga ingin ia tanamkan kepada para bawahannya selama ia menjadi pemimpin, bukan hanya sekedar kepribadian ideal yang ia ucapkan dengan kata-kata namun benar-benar ia jalani sebagai teladan bagi orang lain.
B. Menginspirasikan Visi Bersama (Inspire a Shared Vision)
Kemampuan politik SM. Kartosuwiryo yang telah ia miliki sejak masih duduk di bangku sekolah menjadikannya sebagai salah satu orang yang memiliki pikiran besar dalam perpolitikan nasional pada masanya. Pikiran-pikirannya semakin banyak mempengaruhi orang setelah ia mulai mengenal dunia jurnalistik.
Dalam usianya yang baru beranjak 22 tahun SM. Kartosuwiryo telah terpilih sebagai Sekretaris Umum (kini sekjen) Partai Syarikat Islam Hindia Timur. Disamping bekerja sebagai Sekjen partai, dia juga terjun dalam bidang jurnalistik, bekerja sebagai redaktur “Fajar Asia”, surat kabar harian yang dikelola partai. Dalam waktu 16 bulan saja dia terus berhasil naik dari korektor, reporter, wartawan dan akhirnya sebagai pejabat Kepala Redaksi.
Dalam usia 22 tahun, Kartosuwiryo menjadi redaktur “Fajar Asia”, dan mulailah ia menulis artikel. Mula-mula ditujukan kepada penguasa kolonial, kemudian juga ditujukan kepada kaum bangsawan jawa. Dalam artikelnya itu tergambar selain pendiriannya yang radikal, juga sikap politiknya. Dengan tulisan-tulisannya menyebabkan banyak mendapat musuh, baik dari kalangan penguasa, lebih-lebih dari kalangan bangsanya sendiri (yang pro-kolonial). Namun tak sedikit pula masyarakat yang semakin tergugah dan semacam mendapat pencerahan dari tulisan-tulisannya, khususnya para aktivis Islam dan anak buahnya di Partai Syarikat Islam.
Begitu pula yang terjadi tentang ide serta istilah Darul Islam yang sudah mulai secara terus terang ia perkenalkan sejak tahun 30-an. Tahapan-tahapan yang dilaluinya dalam memperjuangkan cita-cita Islam. Dan dari brosur-brosur partai yang ia terbitkan guna memberi pemahaman tentang “strategi hijrah” yang ia lakukan bersama para anak buahnya. Kemudian bersama kawan-kawannya, membentuk dan menyusun kekuatan yang menuju kearah cita-cita Islam. SM. Kartosuwiryo ternyata demikian kaya dengan konsep-konsep yang hebat dalam rangka mendukung terwujudnya cita-cita Daulah Islamiyah tersebut.
Ide besar inilah, yang saat ini telah dan masih memberikan ispirasi tentang visi Negara Islam kepada banyak pergerakan Islam di Indonesia. Ia mampu menjadikan impian dan cita-cita besarnya menjadi harapan dan keinginan orang lain khususnya bagi para pengikutnya.
C. Menantang Proses (Challenge The Process)
Sebagai seorang pemimpin besar, dalam perjalanan hidupnya khususnya dalam karier politik SM. Kartosuwiryo telah beberapa kali mengambil keputusan yang dinilai sebagai tindakan menantang proses atau mengambil tindakan yang berbeda dengan yang biasanya diambil sebagai manusia pada umumnya. Keberaniannya mengambil resiko inilah yang menjadikan sosok Kartosuwiryo menjadi seorang pemimpin yang disegani oleh orang lain.
Diawal karier politiknya, yaitu ketika masih duduk di bangku sekolah Nederlandsch Indische Artsen Scholl (NIAS), sekolah kedokteran di Surabaya SM. Kartosuwiryo telah aktif dan terjun ke dalam partai politik. Sehingga ia hanya bertahan sampai tingkat empat, untuk kemudian dikeluarkan akibat kegiatan politik yang dilakukannya dalam Liga Pemuda Islam (Jong Islamieten Bond). Keputusannya untuk berhenti sekolah kedokteran adalah salah satu cermin watak dan pendirian Kartosuwiryo yang sangat keras dan berkomitmen tinggi. Ia sangat ingin dan bahkan merasa wajib bagi dirinya untuk ikut berjuang dalam kemerdekaan negeri ini dengan jalur politik, sesuai dengan hati nuraninya. Karena lewat politiklah saat itu ia bisa memberikan konstribusi yang maksimal bagi bangsa ini.
Keberadaan SM. Kartosuwiryo sebagai orang penting dalam Kementrian Pertahanan Republik Indonesia sekaligus sebagai orang kepercayaan Jendral Besar Sudirman waktu itu tak mempengaruhinya untuk berambisi dalam meraih kekuasaan. Hal ini terbukti atas penolakannya ketika ditawari menjadi Menteri Muda Pertahanan Republik Indonesia. Ia lebih memilih berjuang dengan caranya sendiri yang sesuai dengan visi misi berdirinya Negara Islam yang ia yakini.
Ketika Kartosuwiryo merasa para pimpinan nasional dan partai-partai semakin hari semakin banyak yang berubah pandangan ideologi politiknya, ia tetap dan bahkan semakin keras dalam menyikapi keberadaan pemerintahan kolonial di Indonesia. Sebagai orang yang konsekuen terhadap sikapnya, yakni non-cooperative terhadap pemerintah kolonial, ia rela dipecat dari partainya sendiri karena perbedaan pandangan yang ia rasa telah merubah ideologi partai. Ia menarik diri dari system kepartaian dan memilih berjuang melalui jalan gerilya selama 13 tahun.
Konon untuk berubah dari tuntutan hukuman mati, kepadanya diminta supaya bersedia mencabut bai’atnya dan membatalkan proklamasi Darul Islam. Mahkamah Agung (Mahadper) juga menawarkan untuk mengajukan permohonan grasi (pengampunan) kepada presiden Soekarno, supaya hukuman mati yang telah dijatuhkan kepadanya dibatalkan. Tawaran itu ia tolak dan rela mati ditembus peluru hingga berlumur darah. Itulah sikap pejuang yang jantan dan konsisten meski harus menempuh resiko terburuk dalam hidupnya.
Tentunya itu hanya sedikit contoh dari sekian banyak sikap-sikap Kartosuwiryo yang cenderung mengambil sikap berbeda namun penuh dengan visi dan tanggung jawab, meski besar resiko yang harus ia tempuh. Inilah kemenangan sejati seorang Kartosuwiryo, ia mampu mempertahankan ideologinya dengan segenap kekuatan yang ia punya hingga ajal menjemput. Ini pula yang membuktikan bahwa dia adalah seorang pemimpin sejati bagi para pengikutnya.
D. Memungkinkan Orang Lain Bertindak (Enable Others to Act)
Ketika kepemimpinan menjadi sebuah hubungan yang dibangun berlandaskan rasa saling percaya serta kepercayaan diri, orang akan berani mengambil resiko, membuat perubahan, terus menjaga organisasi dan pergerakannya tetap hidup. Melalui hubungan tersebut, para pemimpin telah mengubah para pengikutnya menjadi pemimpin pula. (Kouzes & Posner, hlm. 19). Pemimpin sejati mampu menanamkan kepercayaan terhadap orang-orang yang dipimpinnya, meyakinkan mereka bahwa mereka mampu mengemban tugas dengan baik dan akan berhasil.
Cara yang pertama adalah dengan memberikan arahan yang jelas dan terperinci tentang tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Kedua, pemimpin harus mampu menumbuhkan rasa kepemilikan dan kekuatan hati para pengikutnya agar mereka dapat menampilkan performa terbaiknya.
SM. Kartosuwiryo, selain memiliki legitimasi dari para anak buahnya sebagai “Imam” atau pemimpin tertinggi suatu Negara, ia juga memiliki kekuasaan yang mampu menggerakkan anak buahnya untuk melakukan tindakan sesuai yang ia harapkan. Ia memberikan penjelasan secara intensiv kepada para anak buahnya akan pentingnya berdirinya Negara Islam di Indonesia. Visi dan misi ini tertuang dalam banyak konsep pergerakan yang telah dirumuskan oleh SM. Kartosuwiryo. Ia ternyata demikian kaya dengan konsep-konsep yang hebat dalam rangka mendukung terwujudnya cita-cita Daulah Islamiyah tersebut. Beberapa cita-cita tentang tujuan yang tertuang dalam tulisan adalah Qanun Asasi (UUD NII), Proklamasi NII dan penjelasannya, KUHP NII, dan masih banyak lagi rumusan konsep tentang Negara Islam yang selalu ia tanamkan kepada para anak buahnya dan kepada semua umat Islam di Indonesia baik lewat lisan maupun tulisan.
Dari keyakinan akan visi inilah SM. Kartosuwiryo mampu menggerakkan orang lain untuk melakukan tindakan guna tercapainya tujuan Negara Islam Indonesia. Hal ini terbukti tidak lama setelah Tentara Islam Indonesia dibentuk, turut bergabung pula berbagai kesatuan aksi militer yang semuanya bertujuan sama, yaitu mengusir Belanda dari Bumi Indonesia. Diantara faksi-faksi militer yang bergabung menjadi TII antara lain DEMUI (Dewan Mobilisasi Umat Islam), PADI (Pahlawan Darul Islam), Pasukan Elang dan bahkan disebut-sebut juga bergabungnya pasukan Jepang yang menyerah. Hingga akhirnya pengikut SM. Kartosuwiryo yang bergabung dengan NII telah mencakup sebagian besar wilayah Indonesia yang meliputi pulau-pulau besar Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Jawa.
Selain kejelasan visi yang telah mereka yakini, kerelaan mereka untuk bergabung dan berjuang bersama Kartosuwiryo adalah karena memang Ia disegani oleh setiap orang yang mengenalnya. Karisma, begitu sering orang bilang untuk menyebut kekuatan pribadi seseorang yang membuat kagum orang lain. SM. Kartosuwirya memiliki karisma yang sangat kuat tidak lain dan tidak bukan adalah karena akhlaknya yang luar biasa baik di mata orang lain. Pernyataan ini sering terucap oleh orang yang telah mengenalnya, dan salah satunya adalah pernyataan Abdul Qahhar Muzakkar, seorang teman seperjuangannya, pemimpin RPII (Republik Persatuan Islam Indonesia) di Sulawesi yang menggabungkan diri ke dalam NII Jawa Barat pada tahun 1953, menilai kepribadian Imam SM. Kartosuwiryo dengan sangat hormat, sekalipun pada masa-masa terakhir keduanya berbeda paham.
Pengakuannya atas kelebihan Imam SM. Kartosuwiryo dinyatakan dalam buku “Catatan Bathinnya” sebagai berikut : “Keseluruhan peserta sidang PUPIR (Pertemuan Urgentie Pedjuang Islam Revolusioner) yang dihadiri para alim ulama dan pemimpin Islam yang menjadi perutusan dari Jawa, Sumatera, Aceh, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, Tengah, Tenggara, dan Selatan sebanyak 465 orang, mengakui bahwa pribadi saudara SM. Kartosuwiryo adalah ulama besar dan intelektual Muslim”.
Pernyataan dari fakta sejarah diatas bukan sembarang pernyataan biasa. Ia adalah pernyataan tulus dari orang-orang yang mengenal pribadi SM. Kartosuwiryo, baik yang sependapat dengan dia, maupun yang berseberangan. Dua hal inilah, yakni kekuatan visi dan kepercayaan orang terhadap pribadi Kartosuwiryo yang telah banyak mempengaruhi orang lain untuk taat, bertindak dan bahkan berkorban bersama Kartosuwiryo demi tercapainya tujuan dan cita-cita mereka.
E. Menyemangati Jiwa (Encourage The Heart)
Filosofi kelima ini berarti seorang pemimpin harus mampu menggugah semangat para pengikutnya agar mampu melakukan banyak hal bahkan melampaui apa yang mereka pikir tidak akan sanggup dihadapinya. SM. Kartosuwiryo seorang organisatoris ulung yang mampu memikat banyak pengikut di kalangan rakyat pedesaan. Dia berpengalaman dalam politik nasional dan telah memainkan peranan penting dalam gerakan Islam sebelum perang. Di samping itu, riwayat politiknya cemerlang. Sebelum perang ia senantiasa keras menentang kerjasama dengan pemerintah Belanda juga pada saat para pemimpin nasionalis dan lainnya menjatuhkan pilihan untuk bekerjasama. Jadi, ia tetap jernih dari kesan negatife masyarakat waktu itu.
Kiprahnya sebagai seorang politikus dan sebagai ahli strategi militer hingga akhir hayatnya tak mengurangi waktu Kartosuwiryo untuk belajar mendalami ilmu agama hingga ia pun diakui oleh tokoh-tokoh nasional sebagai pejuang sekaligus ulama dan intelektual muslim. Maka bagi para pengikutnya, SM. Kartosuwiryo bukan sekedar seorang pemimpin perang atau pemimpin organisasi. Bahkan ia juga dianggap sebagai mufti yang sangat didengar nasehatnya dan senantiasa memberikan semangat kepada jiwa-jiwa para pengikutnya tentang nilai-nilai perjuangan yang begitu mulia.
Ketika Hiroshima dan Nagasaki di bom (6-9 Mei 1945), Kartosuwiryo sudah tahu melalui berita radio, sehingga ia berusaha memanfaatkan peluang ini. Ia datang ke Jakarta bersama pasukan Hizbullah dan mengumpulkan massa yang cukup besar guna memberikan semangat kepada bangsa Indonesia akan kemerdekaannya sekaligus mensosialisasikan kemungkinan berdirinya Negara Islam Indonesia, dan rancangan konsep proklamasi Negara Islam Indonesia kepada masyarakat. Antusiasme dan dukungan yang besar dari masyarakat ini yang kemudian membuat yakin SM. Kartosuwiryo untuk melanjutkan cita-citanya.
Tindakan Kartosuwiryo yang senantiasa memberikan semangat kepada para anak buahnya juga sangat terlihat dari yang telah dilakukan oleh pasukan Hizbullah dan Sabilillah. Dua pasukan perang ini adalah kekuatan militer terbesar setelah TNI, yang terbukti sangat gigih mengusir penjajahan dari bumi Indonesia. Dengan motivasi “perang suci” yang senantiasa dikumandangkan oleh Kartosuwiryo, para tentara Hizbullah dan Sabilillah menjadi sebuah kekuatan yang sangat kuat, disiplin, loyal dan berdedikasi terhadap upaya perlindungan keamanan rakyat Indonesia. Dan selama 13 tahun pasukan ini mencoba bertahan, hingga akhirnya habis ditumpas oleh teman seperjuangan mereka sendiri, yakni Tentara Nasional Indonesia.
BAB V
PENUTUP
Dari pembahasan yang telah disampaikan diatas dapat kita lihat bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang SM. Kartosuwiryo merupakan proses yang luar biasa berat dalam perannya sebagai seorang pemimpin, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Kouzes dan Posner dalam teori The process of great leadership. Meskipun gaya kepemimpinannya bisa juga dikategorikan dalam teori “model kepemimpian” yang lain, namun penulis berpendapat bahwa teori Kouzes & Posner inilah yang paling mewakili gaya kepemimpinan SM. Kartosuwiryo selama kiprahnya dalam dunia politik.
Terlepas dari paham dan ideologi yang menjadi pandangan hidup SM. Kartosuwiryo, nampaknya kita bisa melihat banyak hal positif yang telah ia contohkan khususnya dalam prosesnya menjadi seorang pemimpin, serta gaya kepemimpinan yang akhirnya mampu mengantarkannya menjadi salah seorang tokoh pejuang nasional dan salah satu pemimpin besar negeri ini. Meskipun akhirnya cita-cita untuk mendirikan Negara Islam belum tercapai hingga saat ini. Namun bukan berarti ia gagal menjadi seorang pemimpin.
Jiwa kepemimpinan seperti inilah yang kini kita perlukan guna membangun bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki harga diri, ketahanan serta senantiasa menjadi bangsa yang terus maju menuju arah perbaikan yang semakin baik. Keteladanan yang mulia dan setiap pelajaran yang kita ambil dari siapapun itu, akan sangat bermanfaat bagi kita demi meningkatkan potensi pribadi sehingga dapat memaksimalkan konstribusi kita terhadap kemajuan bangsa dan Negara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar